Senin, 06 Juni 2016

NUKLIR, MASIH KHAWATIRKAH KITA?



Pada umumnya masyarakat awam mengenal istilah nuklir dari sejarah Perang Dunia II. Teknologi nuklir merupakan teknologi yang sebagian besar masyarakat awam dirasa paling jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali bersentuhan dengan masalah-masalah kehidupan manusia sehari-hari. Masyarakat awam lebih banyak mengenali risiko atau bahaya dari teknologi nuklir itu dibandingkan dengan pengenalan mereka terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari teknologi nuklir.
Istilah nuklir dalam ilmu pengetahuan selalu dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam inti atom. Disiplin fisika nuklir misalnya, merupakan cabang ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari fenomena-fenomena fisika yang terjadi di dalam inti atom. Reaksi nuklir merupakan reaksi yang melibatkan inti atom. Kita juga mengenal istilah reaktor nuklir, yaitu suatu tempat untuk melangsungkan reaksi nuklir secara aman dan terkendali.
Dalam rangka Studi Tour pada perkuliahan Fisika Inti  maka kami mahasiswa dari Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatulah Jakarta semester enam berkunjung ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada hari Selasa tanggal 03  Mei 2016  sebanyak 65 mahasiswa/i dengan Tim Pemandu PRSG yang terdiri dari Cahyana ST, Drs. Unggul Hartoyo, Agung Satrio S.Si. Puspitasari Ramadania S.Si, Ngariatinah, Suharyo, Sunarningsih dkk.
Kami tiba di BATAN Serpong pada pukul 08.30 WIB kami memasuki Aula dan kemudian acara dimulai dengan sambutan-sambutan setelah itu kami dapat deseminasi tentang sejarah BATAN, nuklir, reaktor nuklir dan aplikasi teknik nuklir di bidang energi, industri, hidrologi, kesehatan dan pangan.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi fisi berantai yang terkendali. Sebuah reaktor merupakan sumber energi yang sangat efisien. Satu garam nuklida yang membelah perhari dapat melepaskan energi 10.000.000 Joule, energi ini setara dengan yang dihasilkan 2,6 juta ton batu bara. Energi yang dilepaskan dalam sebuah reaktor nuklir timbul sebagai kalor dan dapat diambil dengan mengalirkan zat cair atau gas sebagai pendingin melalui reaktor itu.
Indonesia baru memiliki reaktor penelitian dan reaktor pemroduksi isotop yaitu:
1.        Triga Mark II (Training Reaserch and Isotop Production by General Atomic) yang berada di Bandung dengan daya 1 MW termal.
2.        Reaktor Kartini di Yogyakarta dengan daya 250 KW termal.
3.        Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy MPR 30 (Multi Purpose Reactor) terdapat di Serpong dengan daya 30 MW termal.

Perlukah kita khawatir dengan radiasi???
Radiasi ionisasi terus menerus mengalir masuk ke tubuh kita. Sebagian berasal dari alam. Bahkan Adam dan Hawa pun terpapari radiasi. Juga semua binatang purba. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan ulah manusia. Sekarang ini sebagian dari dosis radiasi tahunan diakibatkan oleh kegiatan manusia. Lebih-lebih, sebagian dari dosis tersebut diterima dengan sengaja, yaitu karena pengobatan medik dengan radiasi atau karena pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi, sementara sebagian lagi didapatkan dengan tidak sengaja, yaitu dari ledakan nuklir dan kecelakaan-kecelakaan yang melepaskan debu radioaktif ke lingkungan.
Kesehatan kita dilindungi oleh radiasi. Kadang-kadang kita menjalani pemeriksaan dengan sinar-X dan mammografi. Dokter gigi kemungkinan memutuskan untuk menyinari gigi kita denga sinar-X. Kadang-kadang pengobatan dan pemeriksaan medik memerlukan zat-zat radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh kita. Penyakit kanker kadang-kadang diobati dengan sinar-X atau unit telekobal (disebut juga bom kobal).
Banyak orang berurusan dengan radiasi dan zat-zat radiaktif dalam pekerjaan sehari-hari. kita akan mempelajari berbagai bidang yang memanfaatkan radiasi, misalnya: industri kertas dan logam/baja, industri makanan, penelitian, sistem pengawasan keselamatan, rumah sakit, laboratorium, pusat budidaya tanaman dan pengendalian serangga. Di beberapa jenis pekerjaan, misalnya di industri nuklir, pertambangan dan penerbangan, para pekerja terkena radiasi, walaupun sasaran proses tersebut tidaklah menggunakan radiasi. Jika pada masa liburan, kita berjalan di pegunungan atau terbang dengan pesawat, kita akan terkena radiasi lebih banyak daripada biasanya.