Jumat, 13 Juni 2014

Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Dengan Kecerdasan Majemuk Gardner


Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
 Dengan Kecerdasan Majemuk Gardner

Nama Penulis: Ratih Andriyani
Prodi Pendidikan Fisika Semester 2
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                    
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Peran pendidik baik itu guru ataupun orangtua sangat berperan dalam perkembangan kognitif peserta didik.
Selain kita sebagai pendidik harus mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif dengan teori piaget, kita juga harus mengetahui teori Howard Gardner yang menjelaskan tentang kecerdasan majemuk (Multiple Inteliigence) teori tersebut menyatakan bahwa tidak ada anak yang bodoh karena setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-berbeda.  Ada Delapan macam kecerdasan itu antara lain, (1) Kecerdasan linguistik, (2) Kecerdasan logika-matematika, (3) Kecerdasan gerak tubuh, (4) Kecerdasan musikal, (5) Kecerdasan visual-spasial, (6) Kecerdasan interpersonal, (7) Kecerdasan intrapersonal, dan (8) Kecerdasan naturalis.
Dari teori yang dicetuskan Piaget dan Gardner maka kitasatupaduka sehingga  saya memilih judul Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Dengan Kecerdasan Majemuk Gardner” agar menyebabkan pendidik lebih arif dan mampu menghargai siswa-siwi dalam bidang pendidikan dirumah, disekolah maupun dilingkungan.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa saja tahap-tahap Perkembangan Kognitif serta Hubungan dengan Kecerdasan Majemuk      (Multiple Intelligence)?
2.   Bagaimana menerapkan tahap-tahap Perkembangan Kognitif pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)?

C.    Tujuan Penulisan                
    1.     Dapat memahami hubungan tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget dengan Kecerdasan              Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner. 
  2. Dapat menerapkan tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

PEMBAHASAN

A.    Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner









Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat sebuah aspek penting dalam teori Piaget adalah deskripsinya mengenai empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda sesuai tahap-tahap perkembangan usianya, masing-masing dengan pola pikirannya yang unik. Keempat tahap tersebut dirangkum dalam tabel tersebut.



TAHAP SENSORIMOTOR (Kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun)
TAHAP PRAOPERASIONAL (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
TAHAP OPERASIONAL KONKRET
(6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)
TAHAP OPERASIONAL FORMAL
(11 atau 12 tahun hingga dewasa)
Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini (here and now)
Skema-Skema mulai mempresentasikan objek-objek yang berada di luar jangkauan  pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa
Penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran mengenai   realitas konkret.
Proses-proses penalaran logis ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
       
 
Tabel tersebut menjelaskan bahwa setiap perkembangan usia setiap memiliki suatu fase atau tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan perkembangan usia anak yaitu ada tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun), tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun), tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).

Allah SWT berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya:

  Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”  (Q.S. Shad: 29)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan kepada umat-Nya yaitu kitab yang penuh berkah agar umat-Nya memperhatikan dan berfikir. Untuk itulah perlunya perkembangan kognitif supaya umat-Nya bisa mengembangkan pola pikir sesuai tahap-tahap perkembangan usianya.
Kecerdasan  pada mulanya diartikan dalam bahasa sehari-hari sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis,  dan terdapat persepsi bahwa kemampuan untuk belajar berasal dari kapasitas kognitif. Selanjutnya, makna ini harus diperluas dan lebih fundamental karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognitif tak terpisahkan dari aktifitas pikiran atau kesadaran manusia secara utuh dalam hubungannya dengan aspek-aspek diri manusia seutuhnya serta interaksinya dengan lingkungannya.

Gambar tersebut menjelaskan bahwa Teori kecerdasan majemuk adalah cara untuk mengerti kecerdasan melalui beberapa aspek (pluralized way to understanding intellect)  yang meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Tiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan dan perkembangan. Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan yang bernilai budaya dan seseorang (dalam kegiatan itu) mengikuti pola perkembangan usia anak.
Tabel. Hubungan antara Tahap-Tahap Perkembangan Piaget dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner
No.
Kecerdasan
Kemunculan Perkembangan
Tahap Perkembangan Piaget
1.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic (Word Smart))
Meledak pada masa anak-anak
terus berlanjut hingga usia
lanjut
Tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan
Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
2.
Logika-matematika ( Logical Mathematicall (Logic Smart))
Memuncak pada masa remaja
dan awal dewasa, menurun
setelah 40 tahun
Tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa)
3.
Gerak Tubuh (Bodily- Kinesthetic (Body Smart))
Bervariasi, bergantung pada
Komponen kekuatan,
fleksibilitas, domain gimnastik
Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
4.
Musikal (Musical (Music Smart))
Berkembang paling awal, si
genius kadang mengalami krisis perkembangan
Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
5.
Visual-spasial (Spatial (Picture Smart))
Usia 9-10 tahun dan peka
artistik sampai tua
Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
6.
Interpersonal
(Interpersonal
(People Smart))
Masa kritis tiga tahun pertama
Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
7.
Intrapersonal
(Intrapersonal
(Self Smart))
Muncul dan berkembang pada saat individu lahir dan Pembentukan batas diri dan orang lain masa 3 tahun pertama
Tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
8.
Naturalis
(Naturalist (Nature Smart))
Muncul secara dramatis pada
sebagian anak dapat dikembangkan
melalui sekolah/ pengalaman
Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).

Tabel tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tahap-tahap perkembangan yang telah dicetuskan oleh Piaget dengan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) dari teori Gardner yang akan dijelaskan sebagai berikut:


 
1.     Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun) dan Kecerdasan Intrapersonal-Linguistik
Piaget mengemukakan bahwa dalam sebagian besar tahap sensorimotor (sensorimotor stage), anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu; skema-skema mereka terutama tersusun berdasarkan perilaku dan persepsi. Meski demikian, kemampuan-kemampuan kognitif yang penting muncul selama periode ini, terutama saat anak mulai bereksperimen dengan lingkungannya melalui prinsip trial and error.
Piaget menyatakan bahwa kemampuan berpikir yang sesungguhnya muncul pada usia dua setengah tahun. Secara spesifik, anak memperoleh kemampuan berpikir simbolik (symbolic thought), yakni kemampuan merepresentasikan dan memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas-entitas mental internal atau simbol.
Sebagian besar peneliti meyakini ketika seorang individu lahir ke dunia, kepandaian intrapersonal telah berkembang dari sebuah kombinasi antara keturunan, lingkungan dan pengalaman. Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dilakukan, apa yang ingin ia lakukan.
Para pendidik dapat memberikan rangsangan untuk mengembangkan potensi intrapersonal anak dengan cara menciptakan citra diri positif, menciptakan suasana sekolah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri anak, menuangkan isi hati dalam sebuah buku harian, memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak, memberi kesempatan untuk menggambar diri sendiri dari sudut pandang anak, membayangkan diri di masa akan datang, dan mengajak berimajinasi menjadi satu tokoh dari sebuah cerita. (Multiple Intelligences, Intrapersonal (Self Smart)).
            Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif.  Pandai berbicara, gemar bercerita dan dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol.  Potensi kecerdasan berbahasa yang dimiliki seorang anak hanya akan tinggal potensi bila tidak dilatih atau dikembangkan. Pola asuh sangat berpengaruh dalam hal ini. Anak yang tidak diberi kesempatan berbicara atau selalu dikritik saat mengemukakan pendapatnya akan kehilangan kemampuan dan ketrampilannya dalam mengungkapkan ide dan perasaannya. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi seperti misalnya mengajak anak berbicara, membacakan cerita, bermain huruf dan angka, merangkai cerita, berdiskusi, bermain peran, memperdengarkan lagu anak-anak dan sebagainya. (Multiple Intelligences, Linguistic (Word Smart)).

2.     Tahap Praoperasional ( 2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun) dan Kecerdasan Linguistik-Interpersonal-Intrapersonal
Pada masa-masa awal tahap praoperasional (preoperasional stage), keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata yang meningkat memungkinkan mereka mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Bahasa juga menjadi dasar bagi bentuk interaksi sosial yang baru yakni komunikasi verbal. Pada tahap ini juga, anak-anak dapat mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dan juga menerima informasi yang sebelumnya tidak mungkin terjadi.
Anak dalam tahap praoperasional menunjukkan egosentrisme praoperasional (preoperational egocentrism), yakni ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain. Egosentrisme praoperasional terkadang ditampilkan dalam bentuk percakapan egosentris (egocentric speech), yakni ketika anak mengatakan sesuatu tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin diketahui atau tidak diketahui pendengar terkait suatu topik yang dibicarakan.
Pada perkembangan  praoperasional ini juga sesuai dengan perkembangan linguistik yaitu anak sudah mempunyai kemampuan menggunakan kata secara efektif. (Multiple Intelligences, Linguistic (Word Smart)). Pada usia yang sama anak juga mempunyai perkembangan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk
bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, serta mampu membentuk dan menjaga hubungan, dan mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu lingkungan sosial. (Multiple Intelligences, Interpersonal (People Smart)). Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dilakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi dan memahami situasi seperti apa yang sebaiknya ia hindari serta mengarahkan dan mengintrospeksi diri. (Multiple Intelligences, Intrapersonal (Self Smart)).

3.     Tahap Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun) dan Kecerdasan Gerak Tubuh-Musikal-Visual Spasial-Naturalis
Menurut Piaget, saat anak-anak memasuki tahap operasional konkret (concrete operations stage), proses-proses berpikir mereka menjadi terorganisasi ke sistem proses-proses mental yang lebih besar operasi (operations) yang memudahkan mereka berpikir lebih logis daripada sebelumnya. Mereka sekarang menyadari bahwa perspektif dan perasaan mereka tidak selalu dialami oleh orang lain dan mungkin mencerminkan opini pribadi alih-alih realitas.
Individu dengan kecerdasan gerakan tubuh secara alamiah memiliki tubuh yang atletis,
memiliki ketrampilan fisik, kemampuan dan merasakan bagaimana seharusnya tubuh membentuknya sehingga mahir menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Kecerdasan ini juga termasuk ketrampilan koordinasi, keseimbangan, kelenturan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. (Multiple Intelligences, Gerak Tubuh (Bodily- Kinesthetic (Body Smart))). Kecerdasan musikal dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir atau mencerna musik, untuk mampu menyimak pola-pola, mengenalinya dan mungkin mengubah komposisi atau memanipulasinya. (Multiple Intelligences, Musical (Music Smart)). Kecerdasan visual-spasial memungkinkan orang membayangkan bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah karena ia mampu mengamati dunia spasial secara akurat dan mentransformasikan persepsi ini termasuk di dalamnya adalah kapasitas untuk memvisualisasi, menghadirkan visual dengan grafik atau ide spasial, dan untuk mengarahkan diri sendiri dalam ruang secara tepat. (Multiple Intelligences, Visual Spasial (Spatial (Picture Smart))).  Anak dengan kecerdasan naturalis yang tinggi pada usia sangat dini telah memiliki daya tarik yang besar terhadap lingkungan alam sekitar termasuk pada binatang. Di usia yang lebih besar, anak-anak tersebut sangat berminat pada biologi, botani, ilmu hewan, geologi, meteorologi, palentologi atau astronomi. (Multiple Intelligences, Naturalist (Nature Smart)).

4.     Tahap Operasional Formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa) dan Kecerdasan Logika Matematika- Musikal-Gerak Tubuh- Visual Spasial-Naturalis
Anak-anak atau remaja yang berada dalam tahap operasional formal (formal operations stage) dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan yang logis, sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari.
Berdasarkan perspektif Piaget, kemampuan matematika para siswa cenderung membaik saat pemikiran operasional formal mulai berkembang. Soal-soal abstrak seperti soal “kalimat matematika” (mathematical word problem), menjadi lebih mudah dipecahkan.  Penalaran ilmiah juga cenderung membaik begitu para siswa mampu melakukan pemikiran operasional formal. Tiga kemampuan operasional formal-penalaran logis mengenai gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan dan pengendalian variabel-secara bersama-sama memungkinkan individu-individu yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan  suatu metode ilmiah (ilmiah method).
            Kecerdasan logika matematika pada dasarnya melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumusrumus atau pola matematika dan menyelidiki sesuatu secara alamiah. Blaise Pascal berumur enam belas tahun ketika ia datang dengan beberapa ide yang masih digunakan sampai sekarang oleh matematikawan. Tampaknya waktu yang paling kreatif untuk matematika adalah pada masa remaja dan dewasa awal. (Multiple Intelligences, Logical Mathematicall (Logic Smart)). Kecerdasan musikal, memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. (Multiple Intelligences, Musical (Music Smart)). Kecerdasan gerak tubuh, Kemampuan untuk menggunakan tubuh kita untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. (Multiple Intelligences, Gerak Tubuh (Bodily- Kinesthetic (Body Smart))). Kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori tentang apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. (Multiple Intelligences, Naturalist (Nature Smart)).

 
B.    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Satuan Pendidikan       : SMA Islam Al-Zhamir Tangerang
Mata Pelajaran            : Fisika
Kelas/Semester           : XI IPA 1/2
Materi Pokok              : Fluida
Pertemuan Ke             : 1 dan 2
Alokasi Waktu            : 2 x 3 JP

Tujuan Pembelajaran           :
1.      Siswa mampu menguraikan dan menjelaskan mind mapping tentang fluida yang dibuatnya.
Alasannya: karena pada umur 17 tahun termasuk tahap operasional formal yang terjadi pada usia 11 tahun atau 12 tahun hingga dewasa, yakni pada usia remaja siswa mampu melalukan penalaran operasional formal dapat menangani gagasan-gagasan hipotesis, dalam mind mapping yang dibuatnya siswa mampu mengangani gagasannya dengan menguraikan dan menjelaskan poin-poin tentang fluida. Jadi siswa sebelum memulai pembelajaran siswa sudah mengetahui atau sudah paham materi yang akan dipelajarinya nanti. Dan hal tersebut termasuk dalam cognitive dengan katagori jenis perilaku pemahaman dengan kemampuan internal yaitu menterjemahkan dan memahami dengan kata-kata kerja operasional yaitu “menguraikan” dan “menerangkan”.

2.       Siswa mampu menunjukan perbedaan antara fluida statis dan fluida dinamis.
Alasannya: karena pada umur 17 tahun menurut teori Pieget bahwa umur 17 tahun termasuk operasional formal pada ranah taksonomi bloom yaitu bagian kognitif. Berdasarkan prespektif Piaget, kemampuan penalaran ilmiah cenderung membaik begitu para siswa melakukan pemikiran operasional formal. Tiga kemapuan operasional formal-penalaran logis menanganai gagasan-gagasan hipotesis, serta pemisahan dan pengendalian variable-variabel secara bersama-sama memungkinkan individu-individu yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan suatu metode ilmiah (scientific method). Dalam metode ilmiah, individu dapat mengemukakan dan menguji secara sistematis sejumlah kemungkinan penjelasan terhadap sesuatu masalah. Masalah ini adalah masalah dalam membedakan fluida statis dan fluida dinamis karena banyak siswa yang belum bisa membedakan antara fluida statis dan fluida dinamis. Maka dari itu siswa diharapkan mampu memecahkan masalah dalam membedakan fluida statis dan fluida dinamis dengan metode dinamis (menurut Teori Piaget). Dan hal ini termasuk katagori jenis perilaku penerapan dengan kemampuan internal yaitu memecahkan masalah menggunakan metode ilmiah dengan kata-kata kerja operasional yaitu “menunjukan”.

3.   Siswa mampu memperhitungkan setiap masalah pada tabung bocor dengan pemecahan masalah menggunakan Teori Toricelli.
Alasannya: menurut Teori Piaget. Pemikiran pada umur 17 tahun termasuk pemikiran operasional formal yaitu yang pertama siswa mampu melakukan penalaran mengenai ide-ide abstrak, hipotetik, dan bertentangan dengan fakta (siswa mampu diharapkan melakukan penalaran mengenai hal-hal yang tidak secara langsung berhubungan dengan realitas konkret dan realitas yang dapat diamati langsung). Kedua, perumusan dan pengujian beberapa hipotesis sekaligus (saat berupaya mencari penjelasan terhadap tabung bocor, siswa mampu mengidentifikasi dan menguji sejumlah hipotesis sekaligus untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan hubungan sebab-akibat). Ketiga, pemisahan dan kontrol terhadap variabel (saat berupaya menguji kesahihan suatu hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat siswa menguji suatu variabel, satu demi satu, sembari menjaga agar variabel-variabel lain tetap konstan). Keempat, penalaran proposional (siswa memahami proposisi dan mampu menggunakan secara efektif dalam pemecahan rumus tabung bocor dalam teori Torricelli). Makadari itu siswa  diharapkan mampu memperhitungkan setiap hipotesis dan rumus-rumus yang mencakup pada tabung bocor dalam teori Torricelli, karena menurut Piaget pada usia 17 tahun, siswa memii kemampuan matematika para siswa cenderung membaik saat pemikiran operasional pemikiran formal mulai berkembang soal “kalimat matematika” (mathematical word problem), menjadi lebih mudah dipecahkan. Dan hal ini termasuk katagori jenis perilaku penerapan dengan konsep matematika dan metode ilmiah dengan mengambil kata-kata kerja operasional “memperhitungkan”.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Perkembangan kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi
2.      Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget adalah tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun), tahap praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun), tahap operasional konkret (usia 6 atau 7 hingga 11 atau 12 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa)
3.      Teori kecerdasan majemuk adalah cara untuk mengerti kecerdasan melalui beberapa aspek (pluralized way to understanding intellect)  yang meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis

B.     Kritik dan Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca demi penyempurnaan penulisan blog ini

DAFTAR PUSTAKA
Amstrong T. 2003. In their own way: discovering and encouraging your child’s multiple intelligences. (alih bahasa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Anonimus. Intelligence. Didapat dari: URL:http://www.intelligence.htm
Anonimus. Multiple intelligences. Didapat dari: URL: http:/www.earthrenewal.org/ multiple%20Intelligences1. htm
Anonimus. 2003. Multiple intelligences: mengenali dan merangsang potensi kecerdasan anak. Seri Ayahbunda Mei 2003; edisi khusus: 6-116
Gardner H. 2003. Multiple Intelligences: The theory in practice. New York: Basics Book.
Gilman L. The theory of multiple intelligences. Didapat dari: URL: http://www.indiana.edu/intell/mitheory.shtml
Lucky G A. 2002. Ulasan kritis terhadap model-model kecerdasan berbasis neuroscience: IQ, EQ, dan SQ. Journal of Psyche
Ormrod, Jeanne Ellis.2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Erlangga.
Pearson EDG. Using multiple intelligences in testing and assessment. Didapat dari: URL: http://www.teachervision.fen.com/lesson-plans-4933.tml? detoured=1









2 komentar: