Latihan Makalah Perkembangan Kognitif
Penulis: Ratih Andriyani
Prodi Pendidikan Fisika
Semester 2
Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, seorang
anak melewati berbagai tahap perkembangan yang harus dilaluinya. Tahap tersebut
dapat dibagi kedalam berbagai kelompok tergantung kepada para ahli yang
menyatakan teori-teori tersebut. Ada berbagai macam teori yang didapatkan para
ahli yaitu teori perkembangan psikomotorik, teori perkembangan kognitif, teori perkembangan konsep diri dan emosi,
teori perkembangan nilai moral dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan
teori mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, teori bakat multiple intelligence.
Peserta
didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam
lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat
diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Peran pendidik baik itu guru ataupun
orangtua sangat berperan dalam perkembangan kognitif peserta didik.
Pada latihan makalah ini penulis memilih
judul makalah yaitu “Latihan
Makalah Perkembangan Kognitif” karena
pada perkembangan kognitif mencakup keseluruhan proses perkembangan dari
sensasi ke presepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, formasi
konsep, berpikir, berimajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan
hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) sehingga
dengan perkembangan kognitif dapat dihubungkan dengan perkembangan
psikomotorik, teori perkembangan konsep diri dan emosi, teori perkembangan nilai moral
dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan teori cara mengatasi lupa dan
jenuh dalam belajar, teori bakat multiple
intelligence. Dan diharapkan agar
pendidik lebih arif dan mampu menghargai siswa-siswi dalam bidang pendidikan
dirumah, disekolah maupun dilingkungan.
B. Rumusan
Masalah
- Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif dan beserta analisis teorinya?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan psikomotorik beserta analisis teorinya?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan konsep diri dan emosi beserta analisis teorinya?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan nilai moral dan sikap?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan kreativitas beserta analisis teorinya?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar beserta analisis teorinya?
- Apa hubungan perkembangan kognitif dengan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) beserta analisis teorinya?
- Bagaimana Evaluasi hasil pembelajaran setelah menerapkan beberapa teori-teori perkembangan psikologi?
- Jelaskan biografi singkat tokoh perkembangan kognnitif (Jean Piaget)?
C. Tujuan
Penulisan
- Dapat mengetahui pengertian tentang perkembangan kognitif. (C1)
- Dapat membandingkan perkembangan kognitif dengan teori-teori psikologi pendidikan. (C4)
- Dapat menghubungkan perkembangan kognitif dengan teori-teori psikologi pendidikan. (A4)
- Pendidik dapat membuat suasana pembelajaran sesuai dengan teori-teori psikologi pendidikan. (P7)
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan Kognitif
Teori kognitif yang
dikembangkan oleh para tokohnya khususnya Jean Piaget konsepnya tentang Teori Perkembangan
Kognitif. Hal ini menjadi sangat penting mengingat salah satu aspek yang perlu
dikembangkan dari kepribadian seseorang adalah aspek kognitif walaupun jika
dilihat aspek ini tidak akan dikembangkan tanpa aspek-aspek yang lain akan
tetapi dengan mengkaji teori perkembangan kognitif ini nantinya akan terlihat jelas
seperti apakah implikasi atau peran serta teori ini dalam pembentukan
kepribadian seseorang melalui konsep-konsep perkembangan kognitif yang
ditawarkan oleh Piaget.
Aliran kognitif menjelaskan, belajar
merupakan suatu proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Perubahan tingkah laku seseorang tidak tampak sesungguhnya hanyalah refleksi
dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang
diamati dan dipikirkan (Hamzah, 2006). Stimulus yang datang dari luar direspon
sebagai aktivitas memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur
kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi yang kontinu. Sehingga selalu
ada hal yang baru dalam memori otak dalam setiap akhir kegiatan belajar. Menurut
teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Para ahli kognitif berpendapat bahwa
belajar merupakan hasil dari usaha kita untuk mengerti dunia. Agar hal ini
dapat tercapai maka kita menggunakan cara berpikir tentang situasi dan kondisi
yang ada di sekitar kita.
Teori
Kognitif ini sejalan dengan firman Allah SWT. Berikut (Q.S Al-Imran:190-191)
إِنَّ فِيخَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِيالألْبَابِ *
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ*
بَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا
بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan terbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan Kami. Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Q.S Al-Imran:
190-191)
Berdasarkan
ayat diatas dapat dikatakan bahwasanya segala hal yang ada disekitar kehidupan
seseorang. Sesungguhnya terdapat sesuatu hal yang sangat bermanfaat bagi
manusia jika manusia mampu menggunakan akalnya (kognitif) untuk memikirkan hal
tersebut. Oleh sebab itu, ketika anak sudah mampu menggunakan konsep
berfikirnya maka tugas pendidikan untuk mengembangkannya.
Gambar tersebut
menjelaskan bahwa terdapat sebuah aspek
penting dalam teori Piaget adalah deskripsinya mengenai empat
tahap perkembangan kognitif yang berbeda sesuai tahap-tahap perkembangan usianya, masing-masing dengan pola pikirannya yang unik. Keempat tahap tersebut
dirangkum dalam skema tersebut.
Skema
tersebut merupakan tahap-tahap perkembangan kognitif yang dimulai dari tahap sensorimotor, tahap pra-operasional,
tahap operasional konkret,
dan tahap opersional
formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif akan lebih dijelaskan di tabel
tersebut.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan kepada umat-Nya yaitu kitab yang penuh berkah agar umat-Nya memperhatikan dan berfikir. Untuk itulah perlunya perkembangan kognitif supaya umat-Nya bisa mengembangkan pola pikir sesuai tahap-tahap perkembangan usianya.
Tabel
1. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
TAHAP SENSORIMOTOR (Kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun)
|
TAHAP PRAOPERASIONAL (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
|
TAHAP OPERASIONAL KONKRET
(6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)
|
TAHAP OPERASIONAL FORMAL
(11 atau 12 tahun hingga dewasa)
|
Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak
berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini (here and now)
|
Skema-Skema mulai mempresentasikan
objek-objek yang berada di luar jangkauan pandangan langsung si anak,
namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa
|
Penalaran yang
menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran
mengenai realitas konkret.
|
Proses-proses
penalaran logis ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
|
Tabel
tersebut menjelaskan bahwa setiap perkembangan usia setiap memiliki suatu fase
atau tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan perkembangan usia anak .
Allah SWT berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S.
Shad: 29)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan kepada umat-Nya yaitu kitab yang penuh berkah agar umat-Nya memperhatikan dan berfikir. Untuk itulah perlunya perkembangan kognitif supaya umat-Nya bisa mengembangkan pola pikir sesuai tahap-tahap perkembangan usianya.
v Analisis Teori
Berdasarkan
perspektif Piaget, kemampuan matematika para siswa cenderung membaik saat
pemikiran operasional formal mulai berkembang. Soal-soal abstrak seperti soal
“kalimat matematika” (mathematical word problem), menjadi lebih mudah
dipecahkan. Contoh
dalam rumus asas bejana dalam fluida yaitu:
Jadi dengan melihat gambar sebelah kiri dan rumus
disebelah kanan, rumus asas bejana dengan menghubungkan tekanan 1 dengan
tekanan 2 selanjutnya rumus tersebut diturunkan sehingga menghasilkan rumus
utama. Penalaran
ilmiah juga cenderung membaik begitu para siswa mampu melakukan pemikiran
operasional formal. Tiga kemampuan operasional formal-penalaran logis mengenai
gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan
dan pengendalian variabel secara bersama-sama memungkinkan individu-individu
yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan suatu metode
ilmiah (ilmiah method).
Gambar diatas adalah contoh seseorang yang memiliki kecerdasan logika-matematika pada usia remaja yaitu Blaise Pascal, Blaise Pascal adalah seorang anak yang menjadi ilmuan pada umur 16 tahun. Blaise Pascal adalah penemu teori hidrostatik, yang menjelaskan eksperimennya menggunakan barometer untuk menjelaskan teorinya tentang Persamaan Benda Cair (Equilibrium of Fluids) . Tampaknya waktu yang paling kreatif untuk matematika adalah pada masa remaja dan dewasa awal.
Gambar diatas adalah
salah satu teori pascal yang ditemukan oleh Blaise Pascal. (Multiple Intelligences, Logical Mathematicall (Logic Smart)).
B. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan
Psikomotorik
Perkembangan motorik anak berkembang sejak dalam
kandungan ibu. Kemudian semakin pesat berkembang setelah janin dilahirkan.
Perkembangan motor (motor development) menurut Muhibin Syah (2008)
merupakan proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan
aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
Tahap perkembangan psikomotor menurut pandangan holistik dalam tabel perkembangan yang terdapat pada
buku Human Development (Papalia dan Feldman, 2009) sejak masa
lahir hingga dewasa dan dihubungkan dengan perkembangan kognitif menurut
Jean Piaget adalah :
Tabel 2. Hubungan Tahap Perkembangan Kognitif dengan
Tahap
Perkembangan Psikomotorik
No.
|
Usia
|
Perkembangan Kogitif
|
Perkembangan Psikomotorik
|
1.
|
Usia lahir hingga
1 bulan |
· Masa Sensori Motor
Periode refleks
Tingkah laku
bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.
|
Bayi pada usia
ini tidur sepanjang hari; membangun siklus tidur-bangun.
|
2.
|
Usia 1-4 bulan
|
Periode Kebiasaan
Kebiasaan
dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.
|
Bayi mulai
meraih dan menggenggam berbagai objek.
|
3.
|
Usia 4-8 bulan
|
Periode Reproduksi Kejadian yang Menarik
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
|
Bayi mulai
meraih mengangkat dan menolehkan kepalanya, bisa berguling-guling serta
merangkak atau merayap.
|
4.
|
Usia 8-12
bulan |
Periode Koordinasi Skemata
Seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
|
Bayi mulai
duduk tanpa adanya penopang, berdiri sambil dipegangi, kemudian bisa
berdiri sendiri. Kemudian selanjutnya bisa melangkah untuk pertama kalinya.
|
5.
|
Usia 12-18
bulan |
Periode Eksperimen
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan dengan eksperimen.
|
Anak sudah
bisa berjalan dengan baik. Selain itu pada usia ini anak mampu mendirikan
menara dari balok.
|
6.
|
Usia 18-24
bulan |
Periode Representasi
Seorang anak
sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
|
Anak dapat berjalan tegak dan mulai mencorat-coret tanpa arti.
|
7.
|
Usia 2-4
tahun |
·
Tahap Pra-Operasional
Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Logis.
Piaget
membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam
pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan
dengan tandanya sendiri
|
Usia ini anak dapat melompat dan anak dapat menyalin
bentuk-bentuk dan menggambar desain. Selain itu anak dapat menuangkan cairan,
makan dengan perangkat makan dan menggunakan toilet sendiri. Meskipun belum
mandiri anak biasanya dapat menggunakan baju dengan bantuan.
|
8.
|
Usia 4-7
tahun |
Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Intuitif.
Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke
arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke
permulaan oprasional.
Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor |
Anak dapat
turun tangga,melompat, berjingkrak dan mengubah arah. Selain itu anak dapat
mengenakan pakaian tanpa dibantu
|
9.
|
Usia 7-11
tahun |
·
Tahap Operasional Konkret
Periode Ini Dicirikan Dengan Perkembangan Sistem
Pemikiran yang Didasarkan Pada Aturan-Aturan Tertentu yang Logis.
Tahap operasi
konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
|
Keseimbangan
dan kontrol tubuh pada usia ini meningkat. Selain itu kecepatan dan kemampuan
melempar meningkat. Dan rata-rata anak perempuan mulai menunjukkan perubahan
pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat.
|
10.
|
Usia 11
tahun-dewasa
|
·
Tahap Operasional Formal
Menurut Piaget
ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.
Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat
memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
|
Rata-rata anak
laki-laki pada usia ini mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian
pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat. Dan juga, Pada usia ini
mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis
beralih, mempengaruhi siklus tidur-bangun
|
Tabel tersebut menjelaskan bahwa diantara tahap
perkembangan kognitif juga terdapat aspek tahap perkembangan psikomotorik
terdapat hubungan. Tabel hubungan tahap perkembangan kognitif dengan tahap
perkembangan psikomotorik tersebut mempermudah pendidik untuk mempelajari
peserta didiknya.
v Analisis
Teori
Analisis teori penulis akan menjelaskan melalui studi
kasus dalam proses belajar mengajar, yaitu: mata kuliah saya pada semester
pertama ada mata kuliah yang mempunyai proses belajar mengajar didalam kelas
dan proses belajar mengajar dalam bentuk praktek, mata kuliah tersebut
diantaranya, fisika dasar 1, kimia dasar dan biologi umum. Saya akan mengambil
contoh mata kuliah fisika dasar 1, saya belajar di kelas selama 2 jam dan
praktikum 1 jam. Proses belajar mengajar seperti tersebut merupakan proses
belajar mengajar lebih efisien, efektif dan aktif karena dengan kita mengetahui
teorinya dan kita buktikan di praktek membuat kita lebih memahami materi yang
kita pelajari. Contoh: pada saat saya belajar kinematika gerak di kelas saya
selalu diberikan oleh dosen saya yaitu pengertian dan rumus kinematika gerak,
dan pada saat di praktikum saya mengaplikasikannya kinematika gerak dengan
praktikum gaya gesek dan setelah praktikum saya membuat laporan yang menjelaskan
apakah teori tentang kinematika gerak itu benar dan terbukti. Hal itu membuat
saya lebih mengerti materi perkuliahan kinematika gerak.
C. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Konsep
Diri dan Emosi
Menurut Stuart dan
Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Keliat, 1992).
Konsep diri merupakan
gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep
diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus
menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari dari konsep diri individu ditanamkan
pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah
lakunya dikemudian hari.
Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya mendefinisikan konsep diri sebagai
“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri”. Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evolusi bidang tertentu dari diri
sendiri. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan
konsep diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan,
keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Perkembangan emosi didiskripsikan
sebagai suatu perasaan atau suasana hati yang terjadi ketika seseorang berada
di suatu tempat atau sebuah interaksi yang penting, terutama yang mempengaruhi
kebahagiaannya. Dalam berbagai bentuk emosi sangat mempengaruhi bagaimana
individu berkomunikasi dengan dunianya. Meskipun emosi tidak hanya termasuk
dalam suatu komunikasi, di masa anak-anak komunikasi merupakan hal penting yang
mendahului munculnya emosi (Campos, 2009).
Jadi, dapat kita ketahui bahwa tahap
perkembangan konsep diri menurut
Santrock dan tahap perkembangan
emosi menurut
pandangan Holistik psikologi perkembangan, sangat berhubungan dengan
teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget yang dapat penulis
ringkas dan penulis hubungkan tiap tahap-tahap melalui tabel sebagai berikut:
Tabel
3. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Konsep Diri dan Emosi
No
|
Usia
|
Perkembangan Kogitif
|
Perkembangan Konsep Diri
|
Perkembangan Emosi
|
1.
|
Usia lahir
hingga 1 bulan
|
·
Masa Sensori Motor
Periode Refleks
Tingkah laku
bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
|
Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan
penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang kuat
dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep
diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang
sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk
perkembangan citra tubuh.
|
Bayi sudah
memiliki seperangkat kepekaan umum terhadap rangsangan tertentu diantaranya
terhadap cahaya, suara, temperatur.
Kepekaan umum ini
merupakan dasar bagi proses diferensiasi dan perkembangan emosi yang lain.
|
2.
|
Usia 1-4 bulan
|
Periode Kebiasaan
Kebiasaan
dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
|
Rasa ketidak senangan
dan kegembiraan dikembangkan melalui penularan emosi dari orang tua atau
pengasuhnya. Bayi sudah bisa mengekspresikan rasa kegembiraannya dengan cara
tersenyum bila mendapat stimulus yang menyenangkan dan menangis/murung bila
mendapatkan hal yang tidak menyenangkan.
|
|
3.
|
Usia 4-8 bulan
|
Periode Reproduksi kejadian yang menarik
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
|
||
4.
|
Usia 8-12
bulan
|
Periode Koordinasi Skemata
Seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
|
Lebih menyayangi
orang atau benda-benda tertentu secara berbeda dari yang lainnya, ada
kegairahan untuk melakukan sesuatu yang disenangi
|
|
5.
|
Usia 12-18
bulan
|
Periode Eksperimen
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan dengan eksperimen.
|
Mengembangkan rasa
cemburu sebagai diferensiasi dari perasaan ketidak senangan; misalnya melihat
orang yang disayanginya dekat-dekat atau bersenang-senang dengan orang lain.
|
|
6.
|
Usia 18-24
bulan
|
Periode Representasi
Seorang anak
sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
|
Anak usia bermain belajar untuk
mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh
mereka melalui keterampilan
locomotion, toilet training,
berbicara dan sosialisasi.
|
Rasa senang anak
lebih berdiferensiasi menjadi kenikmatan dan keasyikan terhadap sesuatu
sehingga bisa berlama-lama melakukan suatu aktivitas dengan benda atau orang
yang menyenangkan
|
7.
|
Usia 2-4tahun
|
·
Tahap Pra-Operasional
Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran
logis.
Piaget
membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal. Dalam
pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan
dengan tandanya sendiri
|
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif,
mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan
keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik keluarga.
Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai.
|
Perasaan ketidak
senangan berkembang menjadi rasa malu,cemas dan kecewa; sedangkan *perasaan
kesenangan berkembang menjadi harapan dan kasih sayang. Di usia ini proses
diferensiasi atau perkembangan emosi mencapai puncaknya, tetapi penajaman dan
penghalusan fungsinya masih terus berkembang
|
8.
|
Usia 4-7 tahun
|
Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran
intuitif.
Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke
arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke
permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih
mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi
simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini
seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif
yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
|
Pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru. Pertumbuhan menjadi
cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan
intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentan
perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri
melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan
citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara
fisik, emosional, mental dan sosial.
|
|
9.
|
Usia 7-11
tahun
|
·
Tahap Operasional Konkret
Periode ini dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.
Tahap operasi
konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
|
||
10.
|
Usia 11
tahun-dewasa
|
·
Tahap Operasional Formal
Menurut Piaget
ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.
Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat
memahami waktu historis dan ruang luar angkasa.
|
· Masa Remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan
sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus
diintegrasikan ke dalam diri.
·
Masa
Dewasa
Perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus
terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Periode
untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan
mulai melakukan hubungan erat
·
Masa
Lansia
Parubahan pada lansia tampak
sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan
otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh
pengalaman sepanjang hidup
|
Dimensi emosi
terus mengalami penguatan dan penajaman fungsi melalui pengalaman
interaksional dengan lingkungannya.
|
Pada tabel tersebut menjelaskan bahwa ada perkembangan kognitif juga ada
saling berkaitan dengan tahap perkembangan konsep diri dan emosi.
v Analisis
Teori:
Saya mengajar
private fisika dan kimia kelas 2 SMA. Murid saya yang bernama Detta
berusia 17 tahun. Sebelum memulai belajar saya melihat ekspresi wajah pada Detta, jika dia lagi bete atau sedih saya selalu bertanya, “Detta lagi bete
yaa?” sehingga dia bisa berbagi cerita ke saya apa yang dia rasakan. Hal itu
saya lakukan karena pada saat belajar perasaan anak menjadi lebih relax agar materi belajar bisa dicerna
dengan baik. Pada usia 17 tahun kondisi perkembangan konsep diri dan emosi lagi
bergejolak sehingga kita sebagai pendidik harus selalu memantaunya.
D. Hubungan Perkembangan Kognitif Dengan Perkembangan Nilai Moral Dan Sikap
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang yang
berlaku di dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1998).
Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban dan sebagainya (Purwadarminto,1957). Dengan kata lain bahwa moral
berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang salah
sebagai alat kendali dalam bertingkah laku. Moral sering dianggap sebagai
prinsip dan patokan yang berhubungan dengan benar dan salah oleh masyarakat
tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar
atau salah tersebut. Disamping nilai dan moral ada juga sikap, yang menurut
Gerung sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap
sesuatu hal (Mappiare,1982). Sikap merupakan motif yang mendasari tingkah laku
seseorang.
Antara nilai, moral dan sikap serta tingkah laku
memiliki keterkaitan yang tampak dalam penerapan atau pengalaman nilai-nilai
tersebut. Dimana nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati
dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap
nilai-nilai tersebut dan akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai yang dimaksud.
Tokoh yang paling terkenal
dalam kaitannya dengan pengkajian perkembangan perkembangan moral adalah
Lawrence E. Kohlbert (1995). Melalui desertasinya yang sangat monumental yang
berjudul The Development of Modes of
Moral Thinking and Choice in the Years 10 to 16.
Penilaian moral menjadi
semakin kognitif sehingga mereka terdorong untuk berani mengambil keputusan
dari berbagai masalah yang dihadapinya dengan lebih mengesampingkan sifat
egisentris yang juga melibatkan emosi (Sunarto, 1999).
Menurut
Furter (1965), kehidupan moral merupakan problematik yang pokok dalam masa
remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari
waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami, mengapa justru pada masa remaja
hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting.
Khusus mengenai perubahan nilai moral dan sikap ada tiga tahap, hal ini dari hasil penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Kohlberg, yang disebut dengan teori perkembangan kognitif, dan akan dijelaskan melalui tabel hubungan kognitif dengan nilai moral dan sikap, sebagai berikut:
Khusus mengenai perubahan nilai moral dan sikap ada tiga tahap, hal ini dari hasil penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Kohlberg, yang disebut dengan teori perkembangan kognitif, dan akan dijelaskan melalui tabel hubungan kognitif dengan nilai moral dan sikap, sebagai berikut:
Tabel 4. Hubungan antara Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan
Nilai Moral dan Sikap
No.
|
Usia
|
Perkembangan Kogitif
|
Perkembangan Nilai Moral dan Sikap
|
1.
|
Usia lahir
hingga 1 bulan
|
·
Masa Sensori Motor
Periode refleks
Tingkah laku bayi
kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
|
·
Prakonvensional
Pada Stadium, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik dan
buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan
ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus
menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.
Pada stadium 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini anak tidak lagi
secara mutlak tergantung pada aturan yang berada diluar dirinya, atau aturan
yang ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian
mempunyai beberapa segi. Jadi ada Relativisme yang artinya bergantung pada
kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonoistik).
|
2.
|
Usia 1-4 bulan
|
Periode Kebiasaan
Kebiasaan
dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
|
|
3.
|
Usia 4-8 bulan
|
Periode Reproduksi kejadian yang menarik
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
|
|
4.
|
Usia 8-12
bulan
|
Periode Koordinasi skemata
Seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
|
|
5.
|
Usia 12-18
bulan
|
Periode Eksperimen
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan dengan eksperimen.
|
|
6.
|
Usia 18-24 bulan
|
Periode Representasi
Seorang anak
sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
|
|
7.
|
Usia 2-4tahun
|
·
Tahap Pra-Operasional
Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran
logis.
Piaget
membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam
pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan
dengan tandanya sendiri
|
|
8.
|
Usia 4-7 tahun
|
Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran
intuitif.
Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke
arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke
permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami
operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis
atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak
masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih
mirip dengan tahap sensorimotor
|
|
9.
|
Usia 7-11
tahun
|
·
Tahap Operasional Konkret
Periode ini dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.
Tahap operasi
konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
|
·
Konvensional
Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Anak memperlihatkan
orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baiknya
perbuatan itu oleh orang lain.
Stadium 4, yaitu stadium yang mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada
stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan orang bukan hanya agar dapat
diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkann bertujuan agar ikut
mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial.
|
10.
|
Usia 11
tahun-dewasa
|
·
Tahap Operasional Formal
Menurut Piaget
ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.
Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat
memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
|
·
Pasca-Konvensional
Stadium 5, merupakan stadium orientasi terhadap
perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini adanya
hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, yaitu dengan
masyarakat.
Stadium 6, stadium ini disebut Prinsip Universal. Pada stadium
ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subjektif. Subjektivisme
disini maksudnya ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain.
|
Tabel diatas menjelaskan bahwa tahap perkembangan
kognitif dan tahap perkembangan nilai moral dan sikap terdapat hubungan. Tahap
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget terdapat tahap-tahap perkembangan
anak yaitu: tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, tahap
operasional formal. Sedangkan tahap perkembangan nilai moral dan sikap terdapat
3 tahap yaitu tahap pra-konvensional,
tahap konvensional, dan tahap pasca-konvensional, beserta masing-masing tahap
terdapat 2 stadium sehingga memiliki 6 stadium.
E. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan
Kreativitas
(Sumber
gambar: http://www.beritasatu.com/anak/128079-psikolog-perkembangan-kreativitas-dimulai-sejak-bayi.html
)
Gambar tersebut
diilustrasikan anak memiliki kreativitas pada usia dini sehingga anak tersebut
memiliki solusi untuk memecahkan suatu masalah.
Seorang ahli
yang sangat menekankan pentingnya dukungan faktor lingkungan bagi berkembangnya
kreativitas adalah Torrance (1981). Ia mengatakan bahwa agar potensi kreatif
individu dapat diwujudkan, diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong dari luar
yang didasari oleh potensi dalam diri individu itu sendiri. Menurut Torrance
(1981), kreativitas itu bukan semata-mata merupakan bakat kreatif atau
kemampuan kreatif yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari
hubungan interaktif dan dialektis antara potensi kreatif individu dengan proses
belajar dan pengalaman dari lingkungannya.
Perkembangan
kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena
kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar
kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak
(Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut
fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left
hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri
mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak
belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau
melalui proses perkembangan
kognitif berdasarkan teori yang
diajukan oleh Jean Piaget.
Tabel 5. Hubungan antara Tahap Perkembangan
Kognitif dengan Tahap
Perkembangan Kreativitas
No.
|
Usia
|
Perkembangan Kogitif
|
Perkembangan Kreativitas
|
1.
|
Usia lahir
hingga 1 bulan
|
·
Masa Sensori Motor
Periode refleks
Tingkah laku
bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
|
·
Tahap Sensori-Motoris
Mengenai
kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih
berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek
masih belum permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki
konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan
refleks-refleks, belum memiliki tentang diri ruang, dan belum memiliki
kemampuan berbahasa.
|
2.
|
Usia 1-4 bulan
|
Periode Kebiasaan
Kebiasaan
dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
|
|
3.
|
Usia 4-8 bulan
|
Periode Reproduksi Kejadian yang Menarik
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
|
|
4.
|
Usia 8-12
bulan
|
Periode Koordinasi Skemata
Seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
|
|
5.
|
Usia 12-18
bulan
|
Periode Eksperimen
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk
mencapai tujuan dengan eksperimen.
|
|
6.
|
Usia 18-24
bulan
|
Periode Representasi
Seorang anak
sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan
fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
|
Piaget juga
mengatakan bahwa kemampuan yang paling tinggi pada tahap ini terjadi pada
umur 18-24 bulan, yaitu sudah mulai terjadi transisi dari representasi
tertutup menuju representasi terbuka. Pada umur ini, anak sudah mulai dapat
mereproduksikan sesuatu yang ada dalam memori dan dapat menggunakan
simbol-simbol untuk merujuk kepada objek-objek yang tidak ada
|
7.
|
Usia 2-4tahun
|
·
Tahap Pra-Operasional
Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Logis.
Piaget
membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam
pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan
dengan tandanya sendiri
|
·
Tahap Pra-Operasional
Menurut Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982),
kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah
mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa
lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu,
anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di
lingkunganya secara animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistik adalah
menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan.
Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam
dengan menggunakan perumpamaan manusia.
|
8.
|
Usia 4-7 tahun
|
Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Intuitif.
Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke
arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke
permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih
mengalami oprasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi
simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini
seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif
yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
|
|
9.
|
Usia 7-11
tahun
|
·
Tahap Operasional Konkret
Periode Ini Dicirikan Dengan Perkembangan Sistem
Pemikiran yang Didasarkan Pada Aturan-Aturan Tertentu yang Logis.
Tahap operasi
konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang
kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada
barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
|
·
Tahap Operasional Konkret
Anak sudah
mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental, anak mulai mampu berpikir logis
dalam bentuk sederhana, anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara
identitas diri, konsep tentang ruang sudah semakin meluas, anak sudah amat
menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, anak
sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan
bantuan objek-objek konkret.
|
10.
|
Usia 11
tahun-dewasa
|
·
Tahap Operasional Formal
Menurut Piaget
ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.
Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat
memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
|
·
Tahap Operasional Formal
Perkembangan kreativitasnya, menurut Jean Piaget,
sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas.
Anak sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan
pemikiran logis, anak sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis, anak sudah memiliki pemahaman tentang ruang
relatif, anak sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif, anak sudah
mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi
masalah yang kompleks, anak sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan
berpikir hipotesis, anak sudah memiliki diri ideal (ideal self ), anak sudah menguasai bahasa abstrak.
|
Tabel diatas
menjelaskan bahwa setiap perkembangan kognitif berkembang maka berkembang pula
tahap perkembangan kreativitas anak.
v Analisis
Teori
Pada saya mengajar murid saya Detta materi fluida.
Bunyi Hukum Archimedes adalah “Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya ataupun
sebagaian dalam suatu fluida benda itu akan mendapat gaya keatas sebesar berat
fluida yang di pindahkan.”
Saya melakukan suatu percobaan bersama Detta mengenai
hukum archimedes tersebut yaitu: sebuah gelas kosong dimasukkan air hingga
penuh kemudian dimasukan sebuah gabus kedalam gelas yang terisi air. Maka
percobaan tersebut membuat air yang didalam gelas akan tertumpah sebagaian.
Setelah itu saya menyuruh Detta untuk menjelaskan maksud dan tujuan tersebut,
hal itu dilakukan agar perkembangan kognitif dan perkembangan kreativitas peserta
didik bisa terasah dengan baik karena pada usiannya yaitu 17 tahun anak sudah
berfikir secara logis. Pada saat itu Detta menjawab percobaan tersebut
membuktikan hukum archimedes, banyaknya air yang dipindahkan oleh gabus adalah
banyaknya air yang tumpah. Saat sebagaian gabus yang masuk maka volume air yang
dipindahkan sama dengan volume bagian gabus tercelup air. Saat seluruh bagian
gabus tercelup air, maka volume yang dipindahkan sama dengan volume gabus yang
tercelup air. Saat seluruh bagian gabus tercelum paka volume gabus yang
dipindahkan sama dengan volume seluruh gabus.
F. Hubungan Perkembangan
Kognitif dengan Teori Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Menurut teori kognitif apapun
yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya
dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen
kita. Akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan
teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat
kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran
yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan,
ia terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan
belajar) dapat membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya
Lupa (forgetting) ialah
hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami.
Dalam aktivitas belajarnya, sering seseorang
mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau
yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar
yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu
tertentu pada saat itu. Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak
dapat diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya.
Kejenuhan
belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil (Reber, 1988). Seorang siswa yang sedang dalam
keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan
dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan
belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”.
Jenuh dan lupa adalah suatu penghambat dalam proses belajar mengajar, akan
tetapi kita bisa mengatasi masalah-masalah jenuh dan lupa dalam belajar. Cara
mengatasi jenuh yaitu;
- Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak
- Pengubahan atau pembuatan jadwal kembali jam-jam dari hari-hari yang lebih dianggap memungkinkan siswa belajar lebih giat.
- Mengubah atau menata kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar, yang membuat siswa merasa ada dalam suasana baru yang lebih nyaman.
- Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
- Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan memcoba belajar dan belajar lagi.
- Menciptakan lingkungan Sekolah yang kondusif.
- Mengembangkan Resilensi Peserta Didik.
Sedangkan cara mengatasi lupa dalam belajar, yaitu:
- Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
- Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
- Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
v Analisis Teori
Untuk studi
kasus lupa, sebelum memulai belajar
untuk mengatasi lupa pada materi pelajaran yang kemarin maka saya selalu
memberikan jam lebih untuk mengulas pelajaran kemarin dalam bentuk soal. Hal
itu saya lakukan agar materi yang saya ajarkan menjadikan ingatan yang permanen
untuk peserta didik saya.
Untuk studi kasus jenuh dalam
belajar, pada saat Detta (peserta didik) mau menghadapi Ujian Kenaikan Kelas
(UKK) saya mengajari pelajaran fisika daan kimia selama 4 jam biasanya 2 jam.
Belajar 4 jam sekaligus membuat kejunuhan dalam belajar, untuk mengatasinya
pada saat belajar air mineral, buah dan makanan harus ada, dan belajar di taman
agar lebih relax dalam belajar, dan pada saat belajar proses komunikasi antara
saya (pendidik) dan Detta (peserta didik) tetap berjalan.
G. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner.
Kecerdasan pada mulanya diartikan dalam bahasa sehari-hari sebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis, dan terdapat persepsi bahwa kemampuan untuk belajar berasal dari kapasitas kognitif. Selanjutnya, makna ini harus diperluas dan lebih fundamental karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognitif tak terpisahkan dari aktifitas pikiran atau kesadaran manusia secara utuh dalam hubungannya dengan aspek-aspek diri manusia seutuhnya serta interaksinya dengan lingkungannya.
G. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner.
Kecerdasan pada mulanya diartikan dalam bahasa sehari-hari sebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis, dan terdapat persepsi bahwa kemampuan untuk belajar berasal dari kapasitas kognitif. Selanjutnya, makna ini harus diperluas dan lebih fundamental karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognitif tak terpisahkan dari aktifitas pikiran atau kesadaran manusia secara utuh dalam hubungannya dengan aspek-aspek diri manusia seutuhnya serta interaksinya dengan lingkungannya.
(Sumber gambar: http://institute4learning.com/blog/2012/08/23/multiple-intelligences-and-human-development/)
Gambar tersebut
menjelaskan bahwa Teori
kecerdasan majemuk adalah cara untuk mengerti kecerdasan melalui
beberapa aspek (pluralized way to understanding intellect) yang meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri
dari kecerdasan
linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan
musikal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
dan kecerdasan
naturalis.
Tiap kecerdasan
memiliki waktu kemunculan dan perkembangan. Kecerdasan terbentuk melalui
keterlibatan yang bernilai budaya dan seseorang (dalam kegiatan itu) mengikuti
pola perkembangan usia anak.
Tabel 6.
Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Piaget Dengan Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intelligence) Gardner
No.
|
Kecerdasan
|
Kemunculan Perkembangan
|
Tahap Perkembangan Piaget
|
1.
|
Kecerdasan Linguistik (Linguistic (Word Smart))
|
Meledak
pada masa anak-anak terus
berlanjut hingga usia lanjut
|
Tahap
sensorimotor
(kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan
Tahap
praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
|
2.
|
Logika- matematika
(Logical Mathematical (Logic Smart))
|
Memuncak
pada masa remaja dan
awal dewasa, menurun setelah 40 tahun
|
Tahap
operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa)
|
3.
|
Gerak-Tubuh (Bodily-
Kinesthetic (Body Smart))
|
Bervariasi,
bergantung pada
Komponen
kekuatan,
fleksibilitas, domain gimnastik
|
Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11
atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
|
4.
|
Musikal (Musical
(Music Smart))
|
Berkembang
paling awal, anak yang genius kadang mengalami krisis perkembangan
|
Tahap
operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap
operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
|
5.
|
Visual-spasial (Spatial (Picture Smart))
|
Usia
9-10 tahun dan peka
artistik sampai tua
|
Tahap
operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap
operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
|
6.
|
Interpersonal
(Interpersonal
(People
Smart))
|
Masa kritis tiga tahun pertama
|
Tahap
praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
|
7.
|
Intrapersonal
(Intrapersonal
(Self Smart))
|
Muncul
dan berkembang pada saat individu lahir dan Pembentukan batas diri dan orang lain
masa 3 tahun pertama
|
Tahap
sensorimotor
(kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan Tahap praoperasional (2 tahun
hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
|
8.
|
Naturalis
(Naturalist
(Nature Smart))
|
Muncul
secara dramatis pada sebagian
anak dapat dikembangkan melalui sekolah/ pengalaman
|
Tahap
operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap
operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
|
Tabel tersebut menjelaskan
bahwa terdapat hubungan antara tahap-tahap perkembangan yang telah dicetuskan
oleh Piaget dengan kecerdasan majemuk (Multiple
Intelligence) dari teori Gardner.
v Analisis
Teori
Dalam aplikasi mengajar fisika, sebelum memasuki materi baru murid ditugaskan membuatkan sebuah mind mapping tentang materi yang akan dipelajari nanti, contoh mind mapping dalam pelajaran fisika dengan materi fluida:
Dalam aplikasi mengajar fisika, sebelum memasuki materi baru murid ditugaskan membuatkan sebuah mind mapping tentang materi yang akan dipelajari nanti, contoh mind mapping dalam pelajaran fisika dengan materi fluida:
Mind mapping tersebut dibuat untuk mempermudahkan
murid dalam belajar fisika untuk kecerdasan visual spasial. (Multiple Intelligences, Visual Spasial (Spatial (Picture Smart))).
H. Evaluasi Pembelajaran
Biodata Siswa:
Nama
Siswa : Detta
Kelas
: XII IPA 3
Sekolah : SMA Negeri 46 Jakarta
Tanggal
Lahir : 03 Maret 1997
Usia : 17 Tahun
Program : Bimbangan Belajar Private
Laporan Nilai Siswa
No.
|
Tanggal Test
|
Kategori Test
|
Pelajaran
|
Nilai
|
1.
|
8
April 2014
|
Ulangan
Harian
|
Fisika
(Fluida)
|
5,5
|
2.
|
15
April 2014
|
Tugas
|
Fisika
(Teori Kinetik Gas)
|
100
|
3.
|
13
Mei 2014
|
Tugas
|
Fisika
(Teori Kinetik Gas)
|
9,3
|
4.
|
20
Mei 2014
|
Ulangan
Harian
|
Fisika
(Teori Kinetik Gas)
|
7,5
|
5.
|
27
Mei 2014
|
Tugas
|
Fisika
(Termodinamika)
|
100
|
6.
|
03
Juni 2014
|
Ulangan
Harian
|
Fisika
(Termodinamika)
|
8,0
|
7.
|
10
Juni 2014
|
Ujian
Akhir Semester
|
Fisika
|
9,5
|
Catatan:
Kategori: 1. Ulangan Harian
2. Ulangan Tengah Semester
3. Ulangan Akhir Semester
4. Tugas
Laporan
diatas menunjukan terjadi perubahan nilai secara bertahap. Saya mengajar detta
dengan mengaplikasikan teori-teori yang saya diajari di kelas oleh dosen
psikologi pendidikan saya, sehingga peserta didik saya dapat meningkatkan
nilainya.
I. Biografi
Jean Piaget
Nama :
Jean Piaget
Tempat, Tanggal Lahir : Neuchâtel, Swiss, 9
Agustus 1896
Era : Filosofi Abad 20
Tradisi : Devalopmental
Gagasan Peenting : Epistemologi
konstruktivis, Teori Perkembangan Kogitif
Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang
berahasa Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget
adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang mengembangkan
minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam,
khususnya tentangmoluska (kerang-kerangan), dan bahkan menerbitkan
sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang panjang dalam
penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan
diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis
lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah
dari Universitas
Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama
masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah
pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena
dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang
pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke
Grange-aux-Belles, Perancis, dan di sana ia mengajar di
sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet,
pengembang tes intelegensia Binet.
Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia inilah
Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban
yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu
memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan
bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang
sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses
kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang
dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap
perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola
kognisi umum yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget
kembali ke Swiss sebagai direktur Institut
Rousseau di Jenewa.
Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay,
salah seorang mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang
dipelajari oleh Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929,
Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yan tetap dipegangnya hingga
1968. Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI
itu dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya
ia secara eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.
Dia terus bekerja pada teori umum tentang struktur dan mengikat pekerjaan
psikologis untuk biologi selama bertahun-tahun lebih banyak. Demikian juga, ia
melanjutkan pelayanan publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss. Menjelang
akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak ratusan
artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980, salah satu psikolog yang
paling signifikan abad kedua puluh.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Perkembangan
kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi
2.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif piaget adalah tahap sensorimotor (kelahiranhingga usia 2
tahun), tahap praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun), tahap operasional
konkret (usia 6 atau 7 hingga 11 atau 12 tahun), dan tahap operasional formal
(usia 11 hingga 12 atau usia dewasa).
3.
Tokoh dalam Teori Perkembangan Kognitif yaitu Jean
Piaget.
4.
Perkembangan kognitif dapat dihubungkan dengan
perkembangan psikomotorik, teori perkembangan konsep diri dan emosi,
teori perkembangan nilai moral dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan
teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, teori bakat multiple intelligence.
B. Kritik dan Saran
Penulis
mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca demi penyempurnaan penulisan
blog ini
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Moh. dan Moh.
Asrori. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Jakart:. PT. Bumi Aksara, 2010.
Ali, Mohammad
dan Asrori. PSIKOLOGI REMAJA:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Amstrong T. In their own way: discovering and
encouraging your child’s multiple intelligences. (alih bahasa). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Gardner H. Multiple Intelligences: The theory in
practice. New York: Basics Book, 2003.
Hartinah, Sitti. Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Refika Aditama, 2008.
Hendriati.
Psikologi Perkembangan. Bandung:
Refika Aditama, 2006.
Hurlock,
Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Jufri, A. Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains.
Mataram: Arga Puji Press, 2010.
Ormfrod, Jeanne Ellis. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2008
Panuju,
Panut dkk. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999.
Papalia, Diane E. dkk. Human Development (Psikologi
Perkembangan) Bagian V s/d IX. Edisi
9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Papalia,
Diane E. dkk. Human Development/Perkembangan Manusia Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba
Humanika, 2009.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum
Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Santrock, John W. Life Span Development 13th edition. New York:
Mc.Graw Hill Companies. Inc, 2007.
Setyoningtyas,
Emila, Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Sternberg, R.J.. Cognitive Psychology (4th Ed). Belmont,
CA : Thomson Wadsworth, 2006.
Sunarto. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi
Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Cetakan kelima belas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Syaiful
Bahri Djamarah. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syamsuddin, Abin. Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2003.
Gilman L. The theory of
multiple intelligences. Didapat dari: URL: http://www.indiana.edu/intell/mitheory.shtml. Diakses
pada hari kamis tanggal 27 Juni 2013 pada pukul 21.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar