Senin, 06 Juni 2016

NUKLIR, MASIH KHAWATIRKAH KITA?



Pada umumnya masyarakat awam mengenal istilah nuklir dari sejarah Perang Dunia II. Teknologi nuklir merupakan teknologi yang sebagian besar masyarakat awam dirasa paling jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali bersentuhan dengan masalah-masalah kehidupan manusia sehari-hari. Masyarakat awam lebih banyak mengenali risiko atau bahaya dari teknologi nuklir itu dibandingkan dengan pengenalan mereka terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari teknologi nuklir.
Istilah nuklir dalam ilmu pengetahuan selalu dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam inti atom. Disiplin fisika nuklir misalnya, merupakan cabang ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari fenomena-fenomena fisika yang terjadi di dalam inti atom. Reaksi nuklir merupakan reaksi yang melibatkan inti atom. Kita juga mengenal istilah reaktor nuklir, yaitu suatu tempat untuk melangsungkan reaksi nuklir secara aman dan terkendali.
Dalam rangka Studi Tour pada perkuliahan Fisika Inti  maka kami mahasiswa dari Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatulah Jakarta semester enam berkunjung ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada hari Selasa tanggal 03  Mei 2016  sebanyak 65 mahasiswa/i dengan Tim Pemandu PRSG yang terdiri dari Cahyana ST, Drs. Unggul Hartoyo, Agung Satrio S.Si. Puspitasari Ramadania S.Si, Ngariatinah, Suharyo, Sunarningsih dkk.
Kami tiba di BATAN Serpong pada pukul 08.30 WIB kami memasuki Aula dan kemudian acara dimulai dengan sambutan-sambutan setelah itu kami dapat deseminasi tentang sejarah BATAN, nuklir, reaktor nuklir dan aplikasi teknik nuklir di bidang energi, industri, hidrologi, kesehatan dan pangan.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi fisi berantai yang terkendali. Sebuah reaktor merupakan sumber energi yang sangat efisien. Satu garam nuklida yang membelah perhari dapat melepaskan energi 10.000.000 Joule, energi ini setara dengan yang dihasilkan 2,6 juta ton batu bara. Energi yang dilepaskan dalam sebuah reaktor nuklir timbul sebagai kalor dan dapat diambil dengan mengalirkan zat cair atau gas sebagai pendingin melalui reaktor itu.
Indonesia baru memiliki reaktor penelitian dan reaktor pemroduksi isotop yaitu:
1.        Triga Mark II (Training Reaserch and Isotop Production by General Atomic) yang berada di Bandung dengan daya 1 MW termal.
2.        Reaktor Kartini di Yogyakarta dengan daya 250 KW termal.
3.        Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy MPR 30 (Multi Purpose Reactor) terdapat di Serpong dengan daya 30 MW termal.

Perlukah kita khawatir dengan radiasi???
Radiasi ionisasi terus menerus mengalir masuk ke tubuh kita. Sebagian berasal dari alam. Bahkan Adam dan Hawa pun terpapari radiasi. Juga semua binatang purba. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan ulah manusia. Sekarang ini sebagian dari dosis radiasi tahunan diakibatkan oleh kegiatan manusia. Lebih-lebih, sebagian dari dosis tersebut diterima dengan sengaja, yaitu karena pengobatan medik dengan radiasi atau karena pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi, sementara sebagian lagi didapatkan dengan tidak sengaja, yaitu dari ledakan nuklir dan kecelakaan-kecelakaan yang melepaskan debu radioaktif ke lingkungan.
Kesehatan kita dilindungi oleh radiasi. Kadang-kadang kita menjalani pemeriksaan dengan sinar-X dan mammografi. Dokter gigi kemungkinan memutuskan untuk menyinari gigi kita denga sinar-X. Kadang-kadang pengobatan dan pemeriksaan medik memerlukan zat-zat radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh kita. Penyakit kanker kadang-kadang diobati dengan sinar-X atau unit telekobal (disebut juga bom kobal).
Banyak orang berurusan dengan radiasi dan zat-zat radiaktif dalam pekerjaan sehari-hari. kita akan mempelajari berbagai bidang yang memanfaatkan radiasi, misalnya: industri kertas dan logam/baja, industri makanan, penelitian, sistem pengawasan keselamatan, rumah sakit, laboratorium, pusat budidaya tanaman dan pengendalian serangga. Di beberapa jenis pekerjaan, misalnya di industri nuklir, pertambangan dan penerbangan, para pekerja terkena radiasi, walaupun sasaran proses tersebut tidaklah menggunakan radiasi. Jika pada masa liburan, kita berjalan di pegunungan atau terbang dengan pesawat, kita akan terkena radiasi lebih banyak daripada biasanya.


Kamis, 10 Juli 2014

Cognitive Development

Relationship Between Stages of Cognitive Development Piaget
With Gardner's Multiple Intelligences

Author: Ratih Andriyani
Physical Education Program Semester 2
The Department of Natural Sciences Education
Faculty of Tarbiyah and Teaching
State Islamic of University Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

A.    Background
Learners can never be separated from learning, both at school and in the family environment. So it is very necessary cognitive abilities of learners in education. The role of both teacher educators or parents very involved in the cognitive development of learners.
In addition we as educators need to know the stages of cognitive development in Piaget's theory, we also need to know Howard Gardner's theory of multiple intelligences which explains, the theory states that no child is dumb because every child has a different intelligence-different. There are eight kinds of intelligence, among others, (1) Linguistic intelligence, (2) logical-mathematical intelligence, (3) Intelligence gestures, (4) Musical intelligence, (5) visual-spatial intelligence, (6) interpersonal intelligence, (7) intrapersonal intelligence, and (8) naturalist intelligence.
Of Piaget's theory hatched and Gardner then we mix so I chose the title "The Relationship Between Stages of Cognitive Development Piaget With Gardner's Multiple Intelligences" which aims namely that educators wiser and able to appreciate the students in the field of education at home, at school and in the environment.

B.     Problem Formulation
1.      What are the stages of cognitive development as well as relationships with multiple intelligences?
2.      How to apply the stages of cognitive development in lesson plans (lesson plan)?

C.    Purpose
1.      Can understand the relationship of cognitive developmental stages of Piaget to Gardner's Multiple Intelligences.

2.      Be able to apply the stages of cognitive development in Piaget Lesson Plan.

DISCUSSION

A.    Relationship Between Stages of Cognitive Development With multiple intelligences (Multiple Intelligence) Gardner.



The picture explains that there is an important aspect of Piaget's theory is his description of the four stages of cognitive development to suit different age stages of development, each with a unique pattern of thoughts. These four stages are summarized in the table.
SENSORIMOTOR STAGE (Birth to about 2 years of age)
PRE-OPERATIONAL PHASE (2 years old up to about 6 or 7 years)
CONCRETE OPERATIONAL STAGE
(6 or 7 years old up to 11 or 12 years old)
FORMAL OPERATIONAL STAGE
(11 or 12 years to adult)
Schemes are based primarily on behavior and perception; children focus on what is happening in the here and now.
Schemes started presenting objects that are beyond the reach of direct view of the child, but the child has not been able to perform logical reasoning like an adult.
Reasoning that resembles the reasoning of adults began to emerge, however, limited to reasoning about concrete reality.
Logical reasoning processes to abstract ideas or objects to concrete.
The table explains that each developmental age each have a phase or phases of development according to the developmental age of the child is no sensorimotor stage (birth to about age 2 years), preoperational stage (2 years old up to about 6 or 7 years old), the operational phase concrete (6 or 7 years old up to 11 or 12 years), the formal operational stage (11 or 12 years to adult).
Allah says:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Meaning:
"This is a Book which We have sent down to you full of blessings that they may heed His verses and lessons in order to get people who have a mind." (Q.S. Shad: 29)
The verse explains that God revealed to his people that the book is full of blessing His people to pay attention and think. That is why the need for cognitive development so that his people could develop the appropriate mindset stages of development age.
Intelligence was originally interpreted in everyday language as the ability to solve practical problems, and there is a perception that the ability to learn comes from the cognitive capacity. Furthermore, this meaning should be expanded and more fundamentally because basically intelligence and cognitive aspects inseparable from the mind or consciousness of human activity as a whole in relation to aspects of the whole human self and its interaction with its environment.

Minggu, 29 Juni 2014

Perkembangan Kognitif

Latihan Makalah Perkembangan Kognitif

Penulis: Ratih Andriyani
Prodi Pendidikan Fisika Semester 2
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                    
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, seorang anak melewati berbagai tahap perkembangan yang harus dilaluinya. Tahap tersebut dapat dibagi kedalam berbagai kelompok tergantung kepada para ahli yang menyatakan teori-teori tersebut. Ada berbagai macam teori yang didapatkan para ahli yaitu teori perkembangan psikomotorik, teori perkembangan kognitif,  teori perkembangan konsep diri dan emosi, teori perkembangan nilai moral dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan teori mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, teori bakat multiple intelligence.
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Peran pendidik baik itu guru ataupun orangtua sangat berperan dalam perkembangan kognitif peserta didik.
Pada latihan makalah ini penulis memilih judul makalah yaitu Latihan Makalah Perkembangan  Kognitif” karena pada perkembangan kognitif mencakup keseluruhan proses perkembangan dari sensasi ke presepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, formasi konsep, berpikir, berimajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) sehingga dengan perkembangan kognitif dapat dihubungkan dengan perkembangan psikomotorik, teori perkembangan konsep diri dan emosi, teori perkembangan nilai moral dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, teori bakat multiple intelligence. Dan diharapkan agar pendidik lebih arif dan mampu menghargai siswa-siswi dalam bidang pendidikan dirumah, disekolah maupun dilingkungan. 

B.     Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif dan beserta analisis teorinya?
  2. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan psikomotorik beserta analisis teorinya?
  3. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan konsep diri dan emosi beserta analisis teorinya?
  4. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan nilai moral dan sikap?
  5. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan perkembangan kreativitas beserta analisis teorinya?
  6. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar beserta analisis teorinya?
  7. Apa hubungan perkembangan kognitif dengan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) beserta analisis teorinya?
  8. Bagaimana Evaluasi hasil pembelajaran setelah menerapkan beberapa teori-teori perkembangan psikologi?
  9. Jelaskan biografi singkat tokoh perkembangan kognnitif (Jean Piaget)?
C.    Tujuan Penulisan     
  1. Dapat mengetahui pengertian tentang perkembangan kognitif. (C1)
  2. Dapat membandingkan perkembangan kognitif dengan teori-teori psikologi pendidikan. (C4)
  3. Dapat menghubungkan perkembangan kognitif dengan teori-teori psikologi pendidikan. (A4)
  4. Pendidik dapat membuat suasana pembelajaran sesuai dengan teori-teori psikologi pendidikan. (P7)

      PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perkembangan Kognitif
Teori kognitif yang dikembangkan oleh para tokohnya khususnya Jean Piaget konsepnya tentang Teori Perkembangan Kognitif. Hal ini menjadi sangat penting mengingat salah satu aspek yang perlu dikembangkan dari kepribadian seseorang adalah aspek kognitif walaupun jika dilihat aspek ini tidak akan dikembangkan tanpa aspek-aspek yang lain akan tetapi dengan mengkaji teori perkembangan kognitif ini nantinya akan terlihat jelas seperti apakah implikasi atau peran serta teori ini dalam pembentukan kepribadian seseorang melalui konsep-konsep perkembangan kognitif yang ditawarkan oleh Piaget.
Aliran kognitif menjelaskan, belajar merupakan suatu proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan tingkah laku seseorang tidak tampak sesungguhnya hanyalah refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang sedang diamati dan dipikirkan (Hamzah, 2006). Stimulus yang datang dari luar direspon sebagai aktivitas memori otak untuk membentuk dan mengembangkan struktur kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi yang kontinu. Sehingga selalu ada hal yang baru dalam memori otak dalam setiap akhir kegiatan belajar. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Para ahli kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan hasil dari usaha kita untuk mengerti dunia. Agar hal ini dapat tercapai maka kita menggunakan cara berpikir tentang situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita.
Teori Kognitif ini sejalan dengan firman Allah SWT. Berikut (Q.S Al-Imran:190-191)

          إِنَّ فِيخَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِيالألْبَابِ  *

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ*

                                           بَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

      Artinya:

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan terbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan Kami. Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka” (Q.S Al-Imran: 190-191)

Berdasarkan ayat diatas dapat dikatakan bahwasanya segala hal yang ada disekitar kehidupan seseorang. Sesungguhnya terdapat sesuatu hal yang sangat bermanfaat bagi manusia jika manusia mampu menggunakan akalnya (kognitif) untuk memikirkan hal tersebut. Oleh sebab itu, ketika anak sudah mampu menggunakan konsep berfikirnya maka tugas pendidikan untuk mengembangkannya.


Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat sebuah aspek penting dalam teori Piaget adalah deskripsinya mengenai empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda sesuai tahap-tahap perkembangan usianya, masing-masing dengan pola pikirannya yang unik. Keempat tahap tersebut dirangkum dalam skema tersebut.


Skema tersebut merupakan tahap-tahap perkembangan kognitif yang dimulai dari tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap opersional formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif akan lebih dijelaskan di tabel tersebut.


Tabel 1. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget

TAHAP SENSORIMOTOR (Kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun)
TAHAP PRAOPERASIONAL (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
TAHAP OPERASIONAL KONKRET
(6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)
TAHAP OPERASIONAL FORMAL
(11 atau 12 tahun hingga dewasa)
Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini (here and now)
Skema-Skema mulai mempresentasikan objek-objek yang berada di luar jangkauan  pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa
Penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran mengenai realitas konkret.
Proses-proses penalaran logis ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.

Tabel tersebut menjelaskan bahwa setiap perkembangan usia setiap memiliki suatu fase atau tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan perkembangan usia anak .

Allah SWT berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya:

  Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan   berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”  (Q.S. Shad: 29)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menurunkan kepada umat-Nya yaitu kitab yang penuh berkah agar umat-Nya memperhatikan dan berfikir. Untuk itulah perlunya perkembangan kognitif supaya umat-Nya bisa mengembangkan pola pikir sesuai tahap-tahap perkembangan usianya. 


v  Analisis Teori
          Berdasarkan perspektif Piaget, kemampuan matematika para siswa cenderung membaik saat pemikiran operasional formal mulai berkembang. Soal-soal abstrak seperti soal “kalimat matematika” (mathematical word problem), menjadi lebih mudah dipecahkan.  Contoh dalam rumus asas bejana dalam fluida yaitu:




             Jadi dengan melihat gambar sebelah kiri dan rumus disebelah kanan, rumus asas bejana dengan menghubungkan tekanan 1 dengan tekanan 2 selanjutnya rumus tersebut diturunkan sehingga menghasilkan rumus utama. Penalaran ilmiah juga cenderung membaik begitu para siswa mampu melakukan pemikiran operasional formal. Tiga kemampuan operasional formal-penalaran logis mengenai gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan dan pengendalian variabel secara bersama-sama memungkinkan individu-individu yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan  suatu metode ilmiah (ilmiah method).



Gambar diatas adalah contoh seseorang yang memiliki kecerdasan logika-matematika pada usia remaja yaitu Blaise Pascal, Blaise Pascal adalah seorang anak yang menjadi ilmuan pada umur 16 tahun. Blaise Pascal adalah penemu teori hidrostatik, yang menjelaskan eksperimennya menggunakan barometer untuk menjelaskan teorinya tentang Persamaan Benda Cair (Equilibrium of Fluids) . Tampaknya waktu yang paling kreatif untuk matematika adalah pada masa remaja dan dewasa awal.


Gambar diatas adalah salah satu teori pascal yang ditemukan oleh Blaise Pascal. (Multiple Intelligences, Logical Mathematicall (Logic Smart)).

  
B.      Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Psikomotorik
           Perkembangan motorik anak berkembang sejak dalam kandungan ibu. Kemudian semakin pesat berkembang setelah janin dilahirkan. Perkembangan motor (motor development) menurut Muhibin Syah (2008) merupakan proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
          Tahap perkembangan psikomotor menurut pandangan holistik dalam tabel perkembangan yang terdapat pada buku Human Development (Papalia dan Feldman, 2009) sejak masa lahir hingga dewasa dan dihubungkan dengan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah :

Tabel 2. Hubungan Tahap Perkembangan Kognitif dengan Tahap
Perkembangan Psikomotorik


     No.
       Usia              
        Perkembangan Kogitif
     Perkembangan Psikomotorik
      1.
    Usia lahir   hingga 
      1 bulan
      ·           Masa Sensori Motor
     Periode refleks                       
      Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan.
    Bayi pada usia ini tidur sepanjang hari; membangun siklus tidur-bangun.
      2.    
      Usia 1-4 bulan

      Periode Kebiasaan
      Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.
 Bayi mulai meraih dan menggenggam berbagai objek.
      3.  
      Usia 4-8 bulan
      Periode Reproduksi Kejadian yang Menarik
      Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
        Bayi mulai meraih mengangkat dan menolehkan kepalanya, bisa berguling-guling serta merangkak atau merayap.
      4.
       Usia 8-12 
       bulan
      Periode Koordinasi Skemata
      Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
       Bayi mulai duduk tanpa adanya penopang, berdiri sambil dipegangi, kemudian  bisa berdiri sendiri. Kemudian selanjutnya bisa melangkah untuk pertama kalinya.
      5.
       Usia 12-18 
       bulan
      Periode Eksperimen
      Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
      Anak sudah bisa berjalan dengan baik. Selain itu pada usia ini anak mampu mendirikan menara dari balok.
      6.
       Usia 18-24
       bulan
      Periode Representasi
      Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
          Anak dapat berjalan tegak dan mulai mencorat-coret tanpa arti.
      7.
       Usia 2-4 
       tahun
     ·         Tahap Pra-Operasional
      Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Logis.
      Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri
         Usia ini anak dapat melompat dan anak dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain. Selain itu anak dapat menuangkan cairan, makan dengan perangkat makan dan menggunakan toilet sendiri. Meskipun belum mandiri anak biasanya dapat menggunakan baju dengan bantuan.

      8.
     Usia 4-7
     tahun
      Periode Ini Dicirikan Oleh   Perkembangan Pemikiran Intuitif.
      Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional.  
    Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak  logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
 Anak dapat turun tangga,melompat, berjingkrak dan mengubah arah. Selain itu anak dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu
      9.  
      Usia 7-11 
      tahun  
     ·         Tahap Operasional                 Konkret
      Periode Ini Dicirikan Dengan Perkembangan Sistem Pemikiran yang Didasarkan Pada Aturan-Aturan Tertentu yang Logis.
      Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
      Keseimbangan dan kontrol tubuh pada usia ini meningkat. Selain itu kecepatan dan kemampuan melempar meningkat. Dan rata-rata anak perempuan mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat.
     10.   
     Usia 11 tahun-dewasa
      ·         Tahap Operasional                 Formal
      Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.  Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
      Rata-rata anak laki-laki pada usia ini mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat. Dan juga, Pada usia ini mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis beralih, mempengaruhi siklus tidur-bangun

Tabel tersebut menjelaskan bahwa diantara tahap perkembangan kognitif juga terdapat aspek tahap perkembangan psikomotorik terdapat hubungan. Tabel hubungan tahap perkembangan kognitif dengan tahap perkembangan psikomotorik tersebut mempermudah pendidik untuk mempelajari peserta didiknya.

v  Analisis Teori
          Analisis teori penulis akan menjelaskan melalui studi kasus dalam proses belajar mengajar, yaitu: mata kuliah saya pada semester pertama ada mata kuliah yang mempunyai proses belajar mengajar didalam kelas dan proses belajar mengajar dalam bentuk praktek, mata kuliah tersebut diantaranya, fisika dasar 1, kimia dasar dan biologi umum. Saya akan mengambil contoh mata kuliah fisika dasar 1, saya belajar di kelas selama 2 jam dan praktikum 1 jam. Proses belajar mengajar seperti tersebut merupakan proses belajar mengajar lebih efisien, efektif dan aktif karena dengan kita mengetahui teorinya dan kita buktikan di praktek membuat kita lebih memahami materi yang kita pelajari. Contoh: pada saat saya belajar kinematika gerak di kelas saya selalu diberikan oleh dosen saya yaitu pengertian dan rumus kinematika gerak, dan pada saat di praktikum saya mengaplikasikannya kinematika gerak dengan praktikum gaya gesek dan setelah praktikum saya membuat laporan yang menjelaskan apakah teori tentang kinematika gerak itu benar dan terbukti. Hal itu membuat saya lebih mengerti materi perkuliahan kinematika gerak.

C.  Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Konsep Diri dan Emosi
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Keliat, 1992).
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari.
Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri”. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evolusi bidang tertentu dari diri sendiri.  Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan konsep diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Perkembangan emosi didiskripsikan sebagai suatu perasaan atau suasana hati yang terjadi ketika seseorang berada di suatu tempat atau sebuah interaksi yang penting, terutama yang mempengaruhi kebahagiaannya. Dalam berbagai bentuk emosi sangat mempengaruhi bagaimana individu berkomunikasi dengan dunianya. Meskipun emosi tidak hanya termasuk dalam suatu komunikasi, di masa anak-anak komunikasi merupakan hal penting yang mendahului munculnya emosi (Campos, 2009).
Jadi, dapat kita ketahui bahwa tahap perkembangan konsep diri menurut Santrock dan tahap perkembangan emosi menurut pandangan Holistik psikologi perkembangan, sangat berhubungan dengan teori perkembangan kognitif  menurut Jean Piaget yang dapat penulis ringkas dan penulis hubungkan tiap tahap-tahap melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Konsep Diri dan Emosi

      No
     Usia
     Perkembangan Kogitif
  Perkembangan Konsep Diri
             Perkembangan Emosi
      1.
      Usia lahir hingga 1 bulan  
     ·         Masa Sensori Motor
      Periode Refleks
      Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
      Bayi menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak   dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang kuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh.     
   
     Bayi sudah memiliki seperangkat kepekaan umum terhadap rangsangan tertentu diantaranya terhadap cahaya, suara, temperatur.
      Kepekaan umum ini merupakan dasar bagi proses diferensiasi dan perkembangan emosi yang lain.


      2.   
      Usia 1-4 bulan

      Periode Kebiasaan
      Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
      Rasa ketidak senangan dan kegembiraan dikembangkan melalui penularan emosi dari orang tua atau pengasuhnya. Bayi sudah bisa mengekspresikan rasa kegembiraannya dengan cara tersenyum bila mendapat stimulus yang menyenangkan dan menangis/murung bila mendapatkan hal yang tidak menyenangkan.

      3.
      Usia 4-8 bulan
      Periode Reproduksi kejadian yang menarik
      Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
      4.
      Usia 8-12 bulan
   Periode Koordinasi Skemata
      Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
      Lebih menyayangi orang atau benda-benda tertentu secara berbeda dari yang lainnya, ada kegairahan untuk melakukan sesuatu yang disenangi

       5.
      Usia 12-18 bulan
     Periode Eksperimen
      Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
      Mengembangkan rasa cemburu sebagai diferensiasi dari perasaan ketidak senangan; misalnya melihat orang yang disayanginya dekat-dekat atau bersenang-senang dengan orang lain.
       6.
      Usia 18-24 bulan
      Periode Representasi
      Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
      Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan 
      locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.  

      Rasa senang anak lebih berdiferensiasi menjadi kenikmatan dan keasyikan terhadap sesuatu sehingga bisa berlama-lama melakukan suatu aktivitas dengan benda atau orang yang menyenangkan
      7.
      Usia 2-4tahun
     ·         Tahap Pra-Operasional
      Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran logis.
      Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal. Dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan  tandanya sendiri
      Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai.
      Perasaan ketidak senangan berkembang menjadi rasa malu,cemas dan kecewa; sedangkan *perasaan kesenangan berkembang menjadi harapan dan kasih sayang. Di usia ini proses diferensiasi atau perkembangan emosi mencapai puncaknya, tetapi penajaman dan penghalusan fungsinya masih terus berkembang

       8.
      Usia 4-7 tahun
      Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.
      Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak  logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
      Pada masa ini seorang anak menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru. Pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.


       9.
      Usia 7-11 tahun
     ·         Tahap Operasional Konkret
      Periode ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.
     Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.

      10.
      Usia 11 tahun-dewasa
     ·         Tahap Operasional Formal
      Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.  Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa.  
     ·           Masa Remaja   
      Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
     ·         Masa Dewasa
      Perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat
     ·         Masa Lansia
      Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
      Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup
      Dimensi emosi terus mengalami penguatan dan penajaman fungsi melalui pengalaman interaksional dengan lingkungannya.
Pada tabel tersebut menjelaskan bahwa ada perkembangan kognitif juga ada saling berkaitan dengan tahap perkembangan konsep diri dan emosi.

   v  Analisis Teori:
                   Saya mengajar  private fisika dan kimia kelas 2 SMA. Murid saya yang bernama              Detta berusia 17 tahun. Sebelum memulai belajar saya melihat ekspresi wajah pada                Detta, jika dia lagi bete atau sedih saya selalu bertanya, “Detta lagi bete yaa?” sehingga          dia bisa berbagi cerita ke saya apa yang dia rasakan. Hal itu saya lakukan karena pada          saat belajar perasaan anak menjadi lebih relax agar materi belajar bisa dicerna dengan          baik. Pada usia 17 tahun kondisi perkembangan konsep diri dan emosi lagi bergejolak            sehingga kita sebagai pendidik harus selalu memantaunya.

D.  Hubungan Perkembangan Kognitif  Dengan Perkembangan Nilai Moral Dan Sikap
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang yang berlaku di dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1998). Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya (Purwadarminto,1957). Dengan kata lain bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang salah sebagai alat kendali dalam bertingkah laku. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar atau salah tersebut. Disamping nilai dan moral ada juga sikap, yang menurut Gerung sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal (Mappiare,1982). Sikap merupakan motif yang mendasari tingkah laku seseorang.
Antara nilai, moral dan sikap serta tingkah laku memiliki keterkaitan yang tampak dalam penerapan atau pengalaman nilai-nilai tersebut. Dimana nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Tokoh yang paling terkenal dalam kaitannya dengan pengkajian perkembangan perkembangan moral adalah Lawrence E. Kohlbert (1995). Melalui desertasinya yang sangat monumental yang berjudul The Development of Modes of Moral Thinking and Choice in the Years 10 to 16. 
 Penilaian moral menjadi semakin kognitif sehingga mereka terdorong untuk berani mengambil keputusan dari berbagai masalah yang dihadapinya dengan lebih mengesampingkan sifat egisentris yang juga melibatkan emosi (Sunarto, 1999).
Menurut Furter (1965), kehidupan moral merupakan problematik yang pokok dalam masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami, mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting.
Khusus mengenai perubahan nilai moral dan sikap ada tiga tahap, hal ini dari hasil penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Kohlberg, yang disebut dengan teori perkembangan kognitif, dan akan dijelaskan melalui tabel hubungan kognitif dengan nilai moral dan sikap, sebagai berikut:


Tabel 4. Hubungan antara Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Nilai Moral dan Sikap

     No.
         Usia   
        Perkembangan Kogitif
     Perkembangan Nilai Moral dan Sikap
       1.
      Usia lahir hingga 1 bulan
      ·         Masa Sensori Motor  
     Periode refleks
      Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
      ·         Prakonvensional
      Pada Stadium, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.
      Pada stadium 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada diluar dirinya, atau aturan yang ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi ada Relativisme yang artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonoistik).

       2.
      Usia 1-4 bulan

      Periode Kebiasaan
      Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
       3.
      Usia 4-8 bulan
      Periode Reproduksi kejadian yang menarik
      Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
      4.
      Usia 8-12 bulan
   Periode Koordinasi skemata
       Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
      5.
      Usia 12-18 bulan
       Periode Eksperimen
      Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
       6.
      Usia 18-24     bulan
      Periode Representasi
      Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
      7.
      Usia 2-4tahun
     ·         Tahap Pra-Operasional
      Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran logis.
      Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan  tandanya sendiri
      8.
     Usia 4-7 tahun
      Periode ini dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.
      Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak  logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
      9.
      Usia 7-11 tahun
     ·         Tahap Operasional Konkret
      Periode ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.
      Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
      ·         Konvensional
      Stadium 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baiknya perbuatan itu oleh orang lain.
     Stadium 4, yaitu stadium yang mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan orang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkann bertujuan agar  ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial.
      10.
      Usia 11 tahun-dewasa
      ·         Tahap Operasional Formal
      Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.  Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
     ·         Pasca-Konvensional
      Stadium 5, merupakan stadium orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, yaitu dengan masyarakat.
      Stadium 6stadium ini disebut Prinsip Universal. Pada stadium ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subjektif. Subjektivisme disini maksudnya ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain.
Tabel diatas menjelaskan bahwa tahap perkembangan kognitif dan tahap perkembangan nilai moral dan sikap terdapat hubungan. Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget terdapat tahap-tahap perkembangan anak yaitu: tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, tahap operasional formal. Sedangkan tahap perkembangan nilai moral dan sikap terdapat 3 tahap yaitu  tahap pra-konvensional, tahap konvensional, dan tahap pasca-konvensional, beserta masing-masing tahap terdapat 2 stadium sehingga memiliki 6 stadium.

E.      Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Perkembangan Kreativitas
Gambar tersebut diilustrasikan anak memiliki kreativitas pada usia dini sehingga anak tersebut memiliki solusi untuk memecahkan suatu masalah.
Seorang ahli yang sangat menekankan pentingnya dukungan faktor lingkungan bagi berkembangnya kreativitas adalah Torrance (1981). Ia mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu dapat diwujudkan, diperlukan kekuatan-kekuatan pendorong dari luar yang didasari oleh potensi dalam diri individu itu sendiri. Menurut Torrance (1981), kreativitas itu bukan semata-mata merupakan bakat kreatif atau kemampuan kreatif yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari hubungan interaktif dan dialektis antara potensi kreatif individu dengan proses belajar dan pengalaman dari lingkungannya.
Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget.

Tabel 5. Hubungan antara Tahap Perkembangan Kognitif dengan Tahap
Perkembangan Kreativitas


      No.
      Usia
       Perkembangan Kogitif
        Perkembangan Kreativitas
       1.
      Usia lahir hingga 1 bulan
      ·         Masa Sensori Motor
      Periode refleks
     Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
·         Tahap Sensori-Motoris
     Mengenai kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks, belum memiliki tentang diri ruang, dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
       2.
      Usia 1-4 bulan

      Periode Kebiasaan
      Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
      3.
      Usia 4-8 bulan
      Periode Reproduksi Kejadian yang Menarik
      Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya.
      4.
      Usia 8-12 bulan
     Periode Koordinasi Skemata
     Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
      5.
      Usia 12-18 bulan
      Periode Eksperimen
      Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen.
      6.
      Usia 18-24 bulan
      Periode Representasi
      Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
      Piaget juga mengatakan bahwa kemampuan yang paling tinggi pada tahap ini terjadi pada umur 18-24 bulan, yaitu sudah mulai terjadi transisi dari representasi tertutup menuju representasi terbuka. Pada umur ini, anak sudah mulai dapat mereproduksikan sesuatu yang ada dalam memori dan dapat menggunakan simbol-simbol untuk merujuk kepada objek-objek yang tidak ada
      7.
      Usia 2-4tahun 
     ·         Tahap Pra-Operasional
      Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Logis.
      Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan sinyal dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara objek yang ditandakan dengan  tandanya sendiri
     ·         Tahap Pra-Operasional
      Menurut Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982), kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan. Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.

      8.
      Usia 4-7 tahun
      Periode Ini Dicirikan Oleh Perkembangan Pemikiran Intuitif.
      Pemikiran anak berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang tidak  logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirip dengan tahap sensorimotor
      9.
     Usia 7-11 tahun
     ·         Tahap Operasional Konkret
      Periode Ini Dicirikan Dengan Perkembangan Sistem Pemikiran yang Didasarkan Pada Aturan-Aturan Tertentu yang Logis.
      Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
     ·         Tahap Operasional Konkret
      Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental, anak mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana, anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri, konsep tentang ruang sudah semakin meluas, anak sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkret.
     10.    
       Usia 11 tahun-dewasa
    ·         Tahap Operasional  Formal
     Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.  Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa
     ·         Tahap Operasional Formal
      Perkembangan kreativitasnya, menurut Jean Piaget, sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas. Anak sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proporsional berdasarkan pemikiran logis, anak sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis, anak sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif, anak sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif, anak sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks, anak sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan berpikir hipotesis, anak sudah memiliki diri ideal (ideal self ), anak sudah menguasai bahasa abstrak.
Tabel diatas menjelaskan bahwa setiap perkembangan kognitif berkembang maka berkembang pula tahap perkembangan kreativitas anak.

v  Analisis Teori
         Pada saya mengajar murid saya Detta materi fluida. Bunyi Hukum Archimedes adalah “Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya ataupun sebagaian dalam suatu fluida benda itu akan mendapat gaya keatas sebesar berat fluida yang di pindahkan.”
      Saya melakukan suatu percobaan bersama Detta mengenai hukum archimedes tersebut yaitu: sebuah gelas kosong dimasukkan air hingga penuh kemudian dimasukan sebuah gabus kedalam gelas yang terisi air. Maka percobaan tersebut membuat air yang didalam gelas akan tertumpah sebagaian. Setelah itu saya menyuruh Detta untuk menjelaskan maksud dan tujuan tersebut, hal itu dilakukan agar perkembangan kognitif dan perkembangan kreativitas peserta didik bisa terasah dengan baik karena pada usiannya yaitu 17 tahun anak sudah berfikir secara logis. Pada saat itu Detta menjawab percobaan tersebut membuktikan hukum archimedes, banyaknya air yang dipindahkan oleh gabus adalah banyaknya air yang tumpah. Saat sebagaian gabus yang masuk maka volume air yang dipindahkan sama dengan volume bagian gabus tercelup air. Saat seluruh bagian gabus tercelup air, maka volume yang dipindahkan sama dengan volume gabus yang tercelup air. Saat seluruh bagian gabus tercelum paka volume gabus yang dipindahkan sama dengan volume seluruh gabus.

F.   Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Teori Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita. Akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Dalam aktivitas belajarnya, sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu pada saat itu. Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988).  Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”.
Jenuh dan lupa adalah suatu penghambat dalam proses belajar mengajar, akan tetapi kita bisa mengatasi masalah-masalah jenuh dan lupa dalam belajar. Cara mengatasi jenuh yaitu; 
  1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak
  2.  Pengubahan atau pembuatan jadwal kembali jam-jam dari hari-hari yang lebih dianggap memungkinkan siswa belajar lebih giat.
  3. Mengubah atau menata kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar, yang membuat siswa merasa ada dalam suasana baru yang lebih nyaman.
  4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
  5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan memcoba belajar dan belajar lagi.
  6.   Menciptakan lingkungan Sekolah yang kondusif.
  7. Mengembangkan Resilensi Peserta Didik.

Sedangkan cara mengatasi lupa dalam belajar, yaitu:
  • Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
  • Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari. 
  •  Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.

v  Analisis Teori
        Untuk studi kasus lupa, sebelum memulai belajar  untuk mengatasi lupa pada materi pelajaran yang kemarin maka saya selalu memberikan jam lebih untuk mengulas pelajaran kemarin dalam bentuk soal. Hal itu saya lakukan agar materi yang saya ajarkan menjadikan ingatan yang permanen untuk peserta didik saya.
          Untuk studi kasus jenuh dalam belajar, pada saat Detta (peserta didik) mau menghadapi Ujian Kenaikan Kelas (UKK) saya mengajari pelajaran fisika daan kimia selama 4 jam biasanya 2 jam. Belajar 4 jam sekaligus membuat kejunuhan dalam belajar, untuk mengatasinya pada saat belajar air mineral, buah dan makanan harus ada, dan belajar di taman agar lebih relax dalam belajar, dan pada saat belajar proses komunikasi antara saya (pendidik) dan Detta (peserta didik) tetap berjalan.

G. Hubungan Perkembangan Kognitif dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple   Intelligence) Gardner.
    Kecerdasan  pada mulanya diartikan dalam bahasa sehari-hari sebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis, dan terdapat persepsi bahwa kemampuan untuk belajar berasal dari kapasitas kognitif. Selanjutnya, makna ini harus diperluas dan lebih fundamental karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognitif tak terpisahkan dari aktifitas pikiran atau kesadaran manusia secara utuh dalam hubungannya dengan aspek-aspek diri manusia seutuhnya serta interaksinya dengan lingkungannya.

Gambar tersebut menjelaskan bahwa Teori kecerdasan majemuk adalah cara untuk mengerti kecerdasan melalui beberapa aspek (pluralized way to understanding intellect)  yang meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Tiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan dan perkembangan. Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan yang bernilai budaya dan seseorang (dalam kegiatan itu) mengikuti pola perkembangan usia anak.

Tabel 6. Hubungan Antara Tahap-Tahap Perkembangan Piaget Dengan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Gardner

    No.
Kecerdasan
      Kemunculan Perkembangan
Tahap Perkembangan Piaget
      1.
 Kecerdasan Linguistik (Linguistic (Word Smart))
     Meledak pada masa anak-anak terus berlanjut hingga usia lanjut
      Tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan
      Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
      2.
      Logika-   matematika (Logical Mathematical (Logic Smart))
      Memuncak pada masa remaja dan awal dewasa, menurun setelah 40 tahun
      Tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa)
      3.   
 Gerak-Tubuh (Bodily- Kinesthetic (Body Smart))
     Bervariasi, bergantung pada
     Komponen kekuatan,
     fleksibilitas, domain gimnastik
      Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
      4.
      Musikal (Musical (Music Smart))
      Berkembang paling awal, anak yang genius kadang mengalami krisis perkembangan
      Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
      5.
 Visual-spasial (Spatial (Picture Smart))
      Usia 9-10 tahun dan peka
      artistik sampai tua
      Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).
      6.   
      Interpersonal
      (Interpersonal
     (People Smart))
     Masa kritis tiga tahun pertama
      Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
      7.
      Intrapersonal
      (Intrapersonal
      (Self Smart))
      Muncul dan berkembang pada saat individu lahir dan Pembentukan batas diri dan orang lain masa 3 tahun pertama
     Tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun) dan Tahap praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun)
      8.
      Naturalis
   (Naturalist (Nature Smart))
      Muncul secara dramatis pada sebagian anak dapat dikembangkan melalui sekolah/ pengalaman
      Tahap operasional konkret (6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun), tahap operasional formal (11 atau 12 tahun hingga dewasa).

Tabel tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tahap-tahap perkembangan yang telah dicetuskan oleh Piaget dengan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) dari teori Gardner.

v  Analisis Teori
        Dalam aplikasi mengajar fisika, sebelum memasuki materi baru murid ditugaskan membuatkan sebuah mind mapping tentang materi yang akan dipelajari nanti, contoh mind mapping dalam pelajaran fisika dengan materi fluida:


    
        Mind mapping tersebut dibuat untuk mempermudahkan murid dalam belajar fisika untuk kecerdasan visual spasial.  (Multiple Intelligences, Visual Spasial (Spatial (Picture Smart))). 

H.      Evaluasi Pembelajaran

Biodata Siswa:
Nama Siswa        : Detta
Kelas                   : XII IPA 3
Sekolah               : SMA Negeri 46 Jakarta
Tanggal Lahir       : 03 Maret 1997
Usia                     : 17 Tahun
Program               : Bimbangan Belajar Private

Laporan Nilai Siswa

  No.
Tanggal Test
Kategori Test
Pelajaran
Nilai
       1.
      8 April 2014
     Ulangan Harian    
      Fisika (Fluida)
          5,5
       2.
     15 April 2014
     Tugas
     Fisika (Teori Kinetik Gas)
         100
       3.
     13 Mei 2014
     Tugas
       Fisika (Teori Kinetik Gas)
          9,3
       4.
     20 Mei 2014
     Ulangan Harian
     Fisika (Teori Kinetik Gas)
          7,5
       5.
     27 Mei 2014
     Tugas
      Fisika 
      (Termodinamika)
         100
       6.
     03 Juni 2014
     Ulangan Harian
      Fisika 
      (Termodinamika)
          8,0
       7.
     10 Juni 2014
     Ujian Akhir Semester
      Fisika
           9,5

Catatan:
Kategori:  1. Ulangan Harian
                 2. Ulangan Tengah Semester
                 3. Ulangan Akhir Semester
                 4. Tugas

Laporan diatas menunjukan terjadi perubahan nilai secara bertahap. Saya mengajar detta dengan mengaplikasikan teori-teori yang saya diajari di kelas oleh dosen psikologi pendidikan saya, sehingga peserta didik saya dapat meningkatkan nilainya.

I.    Biografi Jean Piaget
       Nama                               : Jean Piaget
       Tempat, Tanggal Lahir      : Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896
       Wafat                               : 16 September           
       Era                                   : Filosofi Abad 20
       Tradisi                              : Devalopmental
       Gagasan Peenting              : Epistemologi konstruktivis, Teori Perkembangan Kogitif

Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berahasa Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, khususnya tentangmoluska (kerang-kerangan), dan bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Perancis, dan di sana ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola kognisi umum yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa.
Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay, salah seorang mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang dipelajari oleh Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yan tetap dipegangnya hingga 1968. Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya ia secara eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.
Dia terus bekerja pada teori umum tentang struktur dan mengikat pekerjaan psikologis untuk biologi selama bertahun-tahun lebih banyak. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss. Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980, salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.


PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Perkembangan kognitif adalah perkembangan kapasitas nalar otak atau intelegensi
2.      Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget adalah tahap sensorimotor (kelahiranhingga usia 2 tahun), tahap praoperasional (usia 2 hingga 6 atau 7 tahun), tahap operasional konkret (usia 6 atau 7 hingga 11 atau 12 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa).
3.      Tokoh dalam Teori Perkembangan Kognitif yaitu Jean Piaget.
4.      Perkembangan kognitif  dapat dihubungkan dengan perkembangan psikomotorik, teori perkembangan konsep diri dan emosi, teori perkembangan nilai moral dan sikap, teori perkembangan kreativitas, dan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar, teori bakat multiple intelligence.

B.       Kritik dan Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca demi penyempurnaan penulisan blog ini

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh.  dan Moh. Asrori. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakart:. PT. Bumi Aksara, 2010.
Ali, Mohammad dan Asrori. PSIKOLOGI REMAJA: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Amstrong T. In their own way: discovering and encouraging your child’s multiple intelligences. (alih bahasa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Gardner H. Multiple Intelligences: The theory in practice. New York: Basics Book, 2003.
Hartinah, Sitti. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama, 2008. 
Hendriati. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama, 2006.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Jufri, A. Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram: Arga Puji Press, 2010.
Ormfrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 2008
Panuju, Panut dkk. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999.
Papalia, Diane E. dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. 
Papalia, Diane E. dkk. Human Development/Perkembangan Manusia Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. 
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Santrock, John W. Life Span Development 13th edition. New York: Mc.Graw Hill Companies. Inc, 2007.
Setyoningtyas, Emila, Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo.
Sternberg, R.J.. Cognitive Psychology (4th Ed). Belmont, CA : Thomson Wadsworth, 2006.
Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Cetakan kelima belas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. 
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syamsuddin, Abin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003.
Gilman L. The theory of multiple intelligences. Didapat dari: URL: http://www.indiana.edu/intell/mitheory.shtml. Diakses pada hari kamis tanggal 27 Juni 2013 pada pukul 21.00 WIB